Elements of Bad Thinking by Barbara london
Membaca komen para ibu-ibu dan nona-nona di media sosial terkadang membuat kening saya mengerut. Komen-komen semacam,
“Kalau duitku sealaihim gambreng, ga bakal aku beli tas lima juta. Mending aku sedekahin.”
:: Nyatanya duitnya ngepas memang.
:: Nyatanya duitnya ngepas memang.
“Hidup jangan dibuat ribet. Mengobrol soal self-achievement, self-esteem, dan segala bahasa planet Mars. Kalau wanita bisa masuk surga dengan jalan yang sangat sederhana: taat suami, momong anak, dll., mengapa harus dibuat rumit?”
:: Nyatanya memang pikirannya sederhana dan pencapaian dirinya pun sederhana. Padahal semakin bermanfaat manusia untuk manusia lainnya, semakin baik keberadaannya.
:: Nyatanya memang pikirannya sederhana dan pencapaian dirinya pun sederhana. Padahal semakin bermanfaat manusia untuk manusia lainnya, semakin baik keberadaannya.
Tas lima juta dan tas sederhana, bagi saya sangatlah sempit jika hanya dipahami dengan konteks kesenjangan ekonomi. Amalan kompleks vs amalan sederhana, bagi saya sangatlah sempit jika hanya dipahami dengan konteks kesenjangan pendidikan. Lebih leluasa jika saya memandangnya dengan konteks kesenjangan pikiran. Bahwa, sedikit-banyaknya pengetahuan dan pengalaman hidup sesungguhnya akan memperkaya perspektif wanita.
Miskin-kayanya perspektif akan memengaruhi bagaimana wanita itu berpikir. Mirisnya, jika agama dijadikan sebagai eskapisme akan adanya kemiskinan perspektif. Tak jarang, dalam pandangan saya, kalimat-kalimat di atas menjadi semacam bentuk kepasrahan -bukan bentuk tawakal- muslimah sebagai usaha mempertahankan ego dalam menghadapi kesenjangan pikiran.
Miskin-kayanya perspektif akan memengaruhi bagaimana wanita itu berpikir. Mirisnya, jika agama dijadikan sebagai eskapisme akan adanya kemiskinan perspektif. Tak jarang, dalam pandangan saya, kalimat-kalimat di atas menjadi semacam bentuk kepasrahan -bukan bentuk tawakal- muslimah sebagai usaha mempertahankan ego dalam menghadapi kesenjangan pikiran.
So what? Ngga mau jadi muslimah yang nenteng tas 25 juta tapi sedekahnya juga lancar? Ngga mau jadi muslimah yang bisa menjadi pembicara kelas nasional atau internasional yang juga taat sama suami?
Saya memimpikan wanita muslimah yang tak skeptis dengan kedinamisan pikiran. Semakin skeptis, semakin ia mencari jawaban: perlukah? Mengapa begini, mengapa begitu? Akhirnya yang ada adalah proses belajar sepanjang masa tanpa ribut harus menciptakan kata “kalau saya …” yang terdengar merasa cukup dengan dirinya saat ini. Belajar, akan membuat wanita menghindarkan diri dari menilai hidup orang lain. Pikiran orang lain.
Merasa tidak cukup dengan dirinya sendiri berarti mengakui adanya kehidupan di luar dirinya. Manusia lain di luar dirinya. Apapun tingkah mereka. Mengakui adanya banyak pikiran yang sesungguhnya mengakui pula adanya dunia yang begitu dinamis. Dunia yang dinamis dengan perkembangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dll.
@highlycapablepreschoolers.org
Saya khawatir, agama yang hanya dijadikan eskapisme kesenjangan pikiran hanya akan menerjemahkan semua kedinamisan dunia dalam kerangka inferioritas dan juga tendensius: menebar kata zuhud, qonaah, shalih, dll. secara serampangan. Hanya karena kemiskinan perspektif.
Dan lalu … *awww, jadi teringat lagu Pulang xixixixixi* saya teringat suami pernah bahas tentang ayat "tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali HANYALAH untuk menyembahku". Suami berfokus pada kata "MAA" dan "ILLA". Jadi, kata HANYALAH itu betul-betul tidak ada hal lain yang menyertainya. Kadang, manusia butuh waktu untuk memahami sebuah bahasa. Padahal, bahasa adalah alat untuk menyampaikan sebuah nilai spiritualitas yang kadang bisa menjadi tidak efektif jika dikaitkan dengan kecerdasan linguistik. Maka, untuk menjaga spiritualitas yang benar bagi manusia dengan keterbatasan memahami bahasa, mungkinkah sebenarnya sudah cukup dengan berdoa sungguh-sungguh agar dihadirkan segala macam tafsir yang baik di hatinya? *renungan*
Jadi, jika saya merenungi kata HANYALAH, seharusnya beribadah yang benar sudah tidak ada lagi dikotomi. Satu rel di atas setiap tafsir relatifitas. Di atas setiap kedinamisan. Segala kehidupan di dunia ini bergerak ke arah-Nya. Ngga skeptis dan ketakutan akan perkembangan manusia dalam dunianya yang berbeda-beda yang bisa saja belum terbayangkan akibat adanya kesenjangan perspektif. Ngga cuma soal ritual, tapi bicara, senyuman, prasangka, kerlingan, ciuman, masakan, bersin, tas, sel-esteem, dll. dst. seeemuanya ibadah. Shopping juga bisa jadi ibadah.
Tidakkah merasa lelah jika harus melihat hidup yang tidak bisa menyapa banyak kehidupan itu sendiri? *beuuuh retoris* Judging dengan mengobral kata “dia” dan “aku”. Hai, segala kehidupan ini bergerak ke arah-Nya, bukan? Tidak ke arah manusia lainnya :D So, di atas tas lima juta masih ada yang 500 juta xixixixixixixi
Wuaaah..
BalasHapusWanita yg nenteng tas seharga 25jt dan sedekahnya lancar...
Keren banget tuh mbak...
Hehe
Bangeeet XD
HapusMantap mbak !!
BalasHapussaya pernah suatu hari ditanya sm teman kajian tentang kesibukan saya apa... saya bilang, "KERJA" .... trus sy tanya balik, dan dia jawab "kalau sy di rumah aja, jualan di warung. Nggak baik perempuan keluar rumah, menimbulkan fitnah, perempuan tempatnya di rumah" saya setuju... ini jelas ada aturannya dalam agama... cuma cara penyampaiannya yg agak bikin sy merasa tersudut... dalam hati saya "kamu nyindir? Lha situ tamatan SMA *maaf* emang cuma segitu kemampuanmu"... spt yg Mak tulis, komen nggak mau beli tas 5 juta, emang kenyataan dia nggak ada duit segitu... coba kalau duitnya sebanyak Paris Hilton, apa nggak di beli tuh tas Krenyes2??? kecuali kalau punya kemampuan spt Paris Hilton tp ttp beli tas 50ribuan, itu baru ZUHUD... bukan ESCAPE atas nama agama... atau tinggal di rumah dgn latar belakang pendidikan dan kemampuan cemerlang, itu baru namanya benar2 menjalankan ibadah, bukan ESCAPE krn emang nggak mampu karir dan nggak ada yg mau di kejar, self esteem, self actualization... aduuhhhh.... jadi pengen nulis "sesuatu" gara2 baca ini.... ������ maaf kalau agak kasar atau gimana komen saya... soalnya terlalu mendalami tulisan ini... hehehe... *baper*
BalasHapussemua tergantung orangnya ya maakkk.
BalasHapusbtw, nenteng tas mihil itu pegimana rasanya yaa xD