Lucu itu adalah kalau baca komen bapak-bapak yang ngamuk-ngamuk di status para motivator pria. Saat menyempatkan diri membaca komentar mereka, senyum saya mengembang. Bapak-bapak itu merasa terancam. Gimana nggak, tak jarang motivator itu mengiming-imingi para istri bahwa mereka pantas mendapatkan bunga, pantas mendapatkan hadiah, pantas untuk tidak dipoligami, pantas mendapat pujian, apalah apalah. Fiuuuh ... merepotkan? XD Apalagi jika sudah lihat banyak ibu-ibu yang langsung mention suaminya agar ikutan baca :D Saya membayangkan sosok bapak-bapak yang lalu bilang ke istri: sudah, ngga usah baca tulisan-tulisan kayak gitu. Nggak berguna. Alih-alih merenungi perlunya ambil sapu untuk membersihkan debu dalam pernikahan, laki-laki berbudaya patriarki memilih untuk berteriak: siapa bilang rumah kita berdebu? Itu kan hanya perasaanmu saja. Padahal, masa iya istri bisa nangis di pojokan baca tulisan motivator itu kalau suami sudah melakukan tugasnya dengan benar. Pun kalau istri sampai mention suami, saya membayangkan itu karena justru mereka sangat menyayangi suaminya dan ingin bekerja sama membangun rumah tangga. Mereka ingin hidup dengan suami-suami hingga tua, namun tidak mampu menemukan kata yang tepat untuk mengungkapkannya kepada suaminya. Atau mungkin karena mereka segan.
Makanya
baguslah ada motivator pria yang bisa mengingatkan soal sapu. Soal itu menjadi
komersil pada akhirnya, ya ambil saja substansinya. Jaman skrg ngga rame kalau ngga
bisa narik sponsor buat survive beliin susu anak :p Masa iya
gara-gara kosmetik mahal dihadiahin ke istri jadi yang ribut komentatornya?
xixixixixixi Ambil isi, buang kulit. Kenali yang nyata, buanglah mimpi pada
tempatnya, Gaes! Yang berlebihan, harap dilewatkan saja. Hanya diri kita
sendiri yang mampu mengendalikannya.
Sebisa mungkin
tidak menilai kehidupan teman-teman wanita kita dengan sudut pandang pribadi. Jika
saya wanita mandiri secara pikiran, saya merdeka, saya memesona, ya …
alhamdulillah. Memperjuangkan kebahagiaan wanita seperti yang dilakukan para
motivator pria adalah sesuatu yang serius. Tapi tidak selalu menjadi
satu-satunya tujuan yang sangat serius sebab wanita-wanita yang amat sangat
berbahagia dalam perkawinannya juga banyak yang ikut senang dengan tulisan para
motivator-motivator pria itu. Karena apa? Karena mereka seolah mengamini apa
yang para motivator katakan. Mereka ikut berbahagia dan berterima kasih atas
kebaikan hati suami. Jadi, siapa yang sensitif dengan tulisan-tulisan motivator
itu bisa saja adalah wanita yang memang tangguh (mandiri pikirannya) sehingga
menilai bahwa para motivator itu too much, atau justru karena mereka
tidak bisa membayangkan bahwa kehidupan yang dibicarakan para motivator itu
beneran ada di planet bernama bumi ini.
Saya
membayangkan para wanita, yang sekali lagi, tidak fokus pada kulit, tapi
substansi. Berani membangun budayanya sendiri. Saya merasa bisa menemui suatu
saat dimana wanita akan bebas memiliki hidupnya. Mereka akan bermunculan untuk
“membelai” perasaan laki-laki. Misalnya, mengingatkan istri untuk tidak pelit
menerapkan female modesty (ambilin nasi, siapin dasi, rebusin air panas
buat mandi, menjaga tidur suami, dll.) just bercause she loves him.
Bukan karena takut dikatain mertua, kerabat, tetangga, bahkan tukang sayur
kompleks. Bukan karena takut tidak dianggap shalihat. Tapi karena ia memang
mencintai suaminya. Ia mensyukuri anugerah dari Allah yang baik ini. Dengan
demikian, hal-hal yang lebai akan hilang dengan sendirinya. Sebab kita bisa
menciptakan sapu sendiri. Yang jernih dan pas sesuai dosis ^^
| ARTIKEL LAIN
Pamer Kemesraan di Medsos
10 Mantra Wanita Cantik
Seorang Ibu Boleh Marah
Nyathu
| ARTIKEL LAIN
Pamer Kemesraan di Medsos
10 Mantra Wanita Cantik
Seorang Ibu Boleh Marah
Nyathu
saya termasuk yg menikmati tulisan para motivator itu. sambil berdoa mengaminkan bagian yg masih jd impian buat saya.
BalasHapusIya, Bun. Mengaminkan doa yang baik akan membuat hidup lebih bersemangat ^^
HapusMakasih berkenan mampir :D