Minggu, 18 Oktober 2015

Resepsi

Hari Minggu kemarin saya menghadiri sebuah perhelatan pernikahan seorang teman kami di Caraka Loka di pusdiklat Kemenlu, Senayan. Yang namanya menghadiri undangan pernikahan, entah bagaimana sejarahnya, saya bersemangat sekali.


dok. pribadi

Yang paling ekstrim adalah saat kehamilan pertama. Saya sampai nyidam menghadiri acara pernikahan. Setiap acara resepsi pernikahan yang bisa diwakilkan, saya selalu dengan senang hati menggantikannya. Bahkan, saat menghadiri acara pernikahan seorang teman yang saya ingat betul, saya sampai harus pulang dengan bibir ditekuk dan kepala cenat-cenut. Pusing!

Ceritanya sederhana. Waktu itu saya datang bertiga dengan teman setelah acara resepsi selesai. No buffet! Wong pas datang, makanan yang disajikan secara prasmanan sudah ditutup. Maka, kami disuguhi makanan dengan "servis-baki", bukan buncket (baca: bangke) yang prestisius itu. American service. Yakni, ada seorang pelayan yang membawa baki berisi nasi soto untuk kami. Kalau di meja makan American Service, menu soto itu masih masuk appetizer yang sekelas dengan cream soup yang lezat, maka di kampung nasi soto sudah termasuk main menu. Nah, masalahnya, sebagai main menu, nasi soto itu biasanya ditumpuki telur ayam separo dengan tambahan kerupuk udang.


 

Piring pertama beredar pada dua orang tamu sebelum kami. Pembawa baki membawa satu nampan berisi tiga piring yang oleh sebab saya duduk pas di samping kedua tamu itu, maka piring ketiga itu jatuh di tangan saya. Sepotong telur nampak meringis di piring saya. Tidak ada kerupuk. Tapi, as I told you, suka cita saya menghadiri acara pernikahan itu mengalahkan keresahan saya soal kerupuk yang tidak nongol. Wong ya bukan kewajiban naruh kerupuk di atas nasi soto yang gurih itu.

Ceritanya jadi lain ketika pembawa baki nasi soto untuk kedua teman saya itu akhirnya datang. Saya ternganga tak percaya melihat dua kerupuk udang nangkring di atas piring kedua teman saya. Irrational! Ora umum! Ning, saya beneran mau nangis itu.... Dan seperti yang telah saya kisahkan sebelumnya, saya pulang dengan perasaan kesal, kepala pusing, dan nggak bisa tidur siang. Sampai malam saya harus menata hati untuk berpikir rasional. Salah sendiri, lho, datang kok ya pas acara sudah selesai.... Yang namanya acara sudah selesai itu kan ya servisnya tidak bisa maksimal. Ada yang rejekinya dapat kerupuk, ada yang tidak. Saya pun mengelus-elus janin di dalam perut saya dan mendoakannya agar menjadi anak yang shalih dan tidak aneh-aneh kelak.

Kembali ke Caraka Loka dan tinggalkan tragedi kerupuk udang. Hari itu, saya puas makan sepiring nasi dan sepotong kebab bersama suami lengkap dengan segelas air Fanta. Kami berdua cekikikan mengingat betapa kami sudah lama tidak duduk di restoran atau jajan kebab di pinggir jalanan negara Arab berdua saja. Sepotong kebab membuat kami mengobrol tentang betapa kami seringkali merindukan masa lalu dalam pernikahan.

Saya jadi ingat akan ikrar pernikahan saya. Dimana saat itu laki-laki di sebelah saya ini tengah berucap akad pernikahan di sebuah ruang keluarga yang hanya bisa saya tangkap suaranya yang keras dan cepat itu dari dalam kamar pengantin saya. Ah, cepat dan keras. Mungkin laki-laki itu gugup di antara bahagianya.

Saya mengingat, selepas itu kami harus melalui kerikil-kerikil yang berjudul "penyesuaian diri". Kami saling tidur berhadapan dan tak jarang saling memunggungi. Kami terus berusaha menyapa hati-hati kami dan berdamai dengan segala hal yang mampu merusak bangunan kebersamaan yang semakin hari semakin kokoh dan kuat.

Kok ya sudah tiga anak yang sekarang melengkapi kebersamaan kami.... Kok ya masih saja kami belajar untuk menjadi sebuah sinergi yang mempu bertahan dan berkekuatan dunia-akhirat....

Mata saya rembes. Kok ya sudah sebelas tahun berlalu....

Saat saya cekikikan sambil makan kebab bersama suami, di panggung sana, mungkin sang pengantin tengah berpandangan penuh senyum. Penuh arti. Bahagia hari ini. Dan berharap bahagia di hari-hari, minggu-minggu, bulan-bulan, tahun-tahun yang akan datang. Pernikahan adalah awal sebuah mimpi, selanjutnya, kita hanya akan berusaha keras dan bahkan menyerah begitu saja pada takdir.


Selamat menempuh hidup baru! 


| ARTIKEL LAIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Supporting KEB

Supporting KEB
Kumpulan Emak Blogger

Histats

Histats.com © 2005-2014 Privacy Policy - Terms Of Use - Check/do opt-out - Powered By Histats