Minggu, 01 November 2015

Kencan Bersama Suami di Hari Sabtu



Jalan-jalan naik mobil ke Margonda akhir pekan terutama setelah tanggal 25 itu sih “aduh” banget. Macet udah dari Kartini. Semua pada pengen belanja? Padahal bagi  kami, keluarga PNS, tanggal 25 adalah tanggal tua :D Tanggal mengencangkan ikat pinggang agar tabungan tidak terus mengalami derita tiada akhir.
 
Jadilah saya dan suami naik motor. Tapi sih sebenarnya naik motor itu enak buat kami berdua jika sedang leluasa bepergian tanpa anak-anak. Cepat dan praktis. Saya dapat bonus bisa terus pegang pinggang suami XD Meskipun motor kami motor sejuta umat, maksudnya bukan motor badan gede, sensasinya tetaplah penuh kehangatan. Bahkan kepanasan :X

Tujuan kami sebenarnya adalah sebuah bank syariah. Tapi sayang, tutup. Mengira hari Sabtu bank tersebut akan buka, kami datang tanpa ada rencana selainnya. Jadilah kami bengong sejenak di depan kantornya. Mau ke mana kita selanjutnya?

Toko buku besar di daerah Margonda. Kami sepakat menuju ke sana. Btw, nanggung ternyata ya … :D Baiklah, kita nge-mall. Saya janji mau nraktir kopi. Tapi rupanya, sampai di sana suami sungguh menyesal XD Saya akhirnya dapat satu setel baju dan sebuah tas setelah melontarkan rayuan maut berupa gombalan-gombalan yang sebenarnya sudah sering ia dengar. Tapi saat ia berkata, “Karena Mas sayang Adek,” saya jadi sadar kalau ternyata dia lebih gombal XD Jadi, bye bye deh “mengencangkan ikat pinggang”. Siapa suruh gelar dagangan di lobby mall? Tapi lumayan juga saat dapat voucher belanja 50rb dan tiket 50% free masuk Jungle Land. Lumayan … lumayan … suami dapat kaos satu. Aduh, Mas, kapan terakhir kita cekikikan berdua jalan-jalan seperti ini?

Kita sempet mampir di toko buku di mall itu. “Surga”. Tak puas rasanya kalau tidak bergerak ke seluruh sudutnya. Suami seperti biasa, akan berlama-lama melihat cetakan terjemahan AlQuran atau kitab-kitab lain. Melihat kitab mana yang bisa dipakai untuk memudahkan orang yang tidak berbahasa Arab.

Yang bikin saya kecewa, dari dua toko buku yang pernah saya singgahi akhir-akhir ini, tidak banyak buku sosbud dan filsafat yang bisa saya temukan seperti dulu. Essay-essay atau buku-buku yang mengupas pemikiran-pemikiran lokal atau luar. Di sini dari ujung ke ujung paling banyak adalah novel. Aneka jenis novel. Kemudian buku anak, buku kurikulum, dan buku teknologi. Fiuuuh.

Hingga akhirnya saya terpaku pada buku-buku Emha Ainun Nadjib. Sejujurnya saya bukan fan beliau. Hanya pernah menikmati satu dua karya-karyanya baik tulisan ataupun syairnya dengan iringan Kiai Kanjeng. Saya suka La Tahzanu yang simpel, sedikit ngArab, dan syahdu itu.

Saya mengambil sebuah buku dan membaca sinopsisnya. Di situ Cak Nun bicara soal agama “birokrasi”. Agama yang membuat takut pada atasan. Agama yang membuat seseorang berperilaku semata-mata karena ketakutan pada Allah. Ketakutan pada surga dan neraka. Sementara mereka tidak berpikir tentang “jalan”-nya. Apakah mereka sendiri bahkan tidak peduli dengan pikiran dan perasaannya sendiri? Saya sebenarnya tidak tahu apakah kalimat itu retoris atau memang beneran pembuka dialog :D Kalau saya sendiri cenderung melihat gejala seperti itu. Saya cukup dialog dengan diri sendiri. Atau paling banter dengan suami, sahabat yang asyik buat diusilin, dipelorotin, diikutin, dan didengerin nasehatnya XD

Seperti biasa, suami cuma senyum mendengar celoteh saya yang meletup-letup hingga saya kemudian bertanya, “Sebenarnya ada ngga sih, Mas, Allah nyuruh kita buat berpikir ke dalam diri kita sendiri alih-alih hidup bagaikan robot yang harus taklid dari segala sudut yang tak pernah habis dibahas dan diperdebatkan?”

وَفِي أَنْفُسِكُمْ ۚأَفَلَا تُبْصِرُون
 
"dan (juga) pada dirimu sendiri. Apakah kamu tiada memperhatikan?" (51:21)

Itu jawaban suami. Hmmm … entah kenapa saya langsung kebayang istri pertama pelaku poligami :X *SKIP* Sejujurnya, banyak yang saya pikirkan pada akhirnya sampai suami membuka suaranya lagi, “Mau ngga Adek AlQuran ini? Lumayan, terjemahan perkata. Adek bisa lebih mudah langsung mengetahui artinya.” Aduh, siapa yang bisa nolak? Apalagi desain kavernya keren. Warna hitam dengan ukiran yang manis. Makasih, Mas :*

Acara di mall pun berakhir. Kami ngga jadi ngopi-ngopi. Lanjut makan siang, kami memutuskan untuk mencari tempat makan yang baru di sepanjang Margonda. Dapat. Ngga sengaja juga pas kebetulan ketemu macet dan mata suami langsung bentrok dengan papa namanya yang menggoda.

Dari depan nampak kecil. Terasa cukup sulit ditemukan kalau kita berkendara begitu saja. Kami pun memutuskan mampir. Begitu masuk, kami disambut gamelan Jawa xixixixixixixi *bayangin Kebo Giro. Udah kayak mantenan. Duh, rasanya adem setelah terbebas dari jalanan yang cukup rame dan udara panas siang itu. Dalamnya tidak terlalu luas tapi lumayan. Yang saya suka, interiornya Jawa banget. Furniturnya warna tanah. Mata jadi nyaman. Kepikiran buat ngajak ketemu teman di sana buat ngobrol suatu saat.

Makanannya? Cukup banyak menu yang ditawarkan dalam buku yang berisi tulisan ejaan lama. Sedikit aneh dengan gaya Jogja mereka menampilkan menu Jawa Timuran: aneka olahan soto Madura, rawon, dan paket bebek/ayam. Sungguh, “gue banget”. Gabungan budaya Mataraman dan Surabaya. Rasa makanannya menurut saya kurang mantab. Kami memesan nasi bebek dan rawon. Semuanya agak keasinan. Mungkin karena Madura banyak garam? XD Untuk minuman, kami memesan segelas jeruk dan segelas minuman dengan nama yang asing di telinga yang ternyata cukup aneh rasanya. Ramuan kapulaga, kayu manis, dan jahe. Tapi cukup segar saat disajikan dengan gula dan es batu. Sejak terakhir mencicipi kopi Arab, kami hampir tidak pernah menikmati minuman dengan celupan kapulaga. Rasanya begitu tajam. Saya sendiri biasanya hanya meminum campuran teh dan kayu manis atau campuran jahe, sereh, dan teh bikinan mama. Secara umum … lumayan. Kami menikmati makan siang kami di tempat yang kami sukai.

Dan acara kencan kami pun selesai hari itu. Menembus kemacetan Margonda, kami pulang dengan banyak tas belanja yang membuat jarak antara saya dan suami di atas sepeda motor kami xixixixixixi.

>> maaf tak ada foto-foto karena hape yang simpan file lagi error *_*

4 komentar:

  1. Memang suami istri perlu kencan yang dijadwalkan..penting itu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mbak. Kencan itu penting ... Kami lebih sering spontan ^^ Terima kasih sudah mampir

      Hapus
  2. Jadinya jalan2 apa naik mobil sih mbak? Jalan2 apa naik motor? Huehehee...

    Cuit cuiiiit, yg jln berduaan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak penting, Bang Dedi. Yang penting mah berduaaa XD

      Hapus

Pengikut

Supporting KEB

Supporting KEB
Kumpulan Emak Blogger

Histats

Histats.com © 2005-2014 Privacy Policy - Terms Of Use - Check/do opt-out - Powered By Histats