Minggu, 29 November 2015

Laki-Laki Menangis Itu Seksi





Suatu hari saya asyik ngobrol di sebuah komunitas online … oke, KOPI. Sedikit ngiklan, ini adalah sebuah koalisi blogger dan jurnalis yang berkomitmen untuk selalu menerbitkan informasi dunia perfilman, fashion, kuliner, dan travelling berbasis good news. KOPI, Koalisi Online Pesona Indonesia.

Jadi di tengah obrolan kami tentang sebuah film yang mengharu biru, tiba-tiba seorang teman perempuan saya berkomentar, “Aku senang kalau ada lelaki bisa berderai air matanya.”

Seketika saya terhenyak. What? Dan tiba-tiba kalimat itu jadi echo: “Aku senang kalau ada lelaki bisa berderai air matanya.”

Sekilas mungkin ini terasa seperti perempuan yang puas lihat seorang laki-laki menderita. Semacam … dendam feminist? Hmmm … lupakan. Atau, female submission? Hahahaha. Not sure. Saya mesti nanya apa maksudnya.

Buat saya, melihat lelaki dewasa yang terkadang perilakunya hampir mirip bocah di tengah-tengah maskulinitasnya yang-tak-boleh-dibantah itu terlihat sedikit seksi. Dalam arti yang sebenarnya. Bayangkan, pria dewasa yang gagah, sedikit sombong, merasa kuat, dan … ganteng berotot *oke, yang ini bonus xixixixixi* itu mengeluarkan air mata dalam diam. Mereka ngga bakal seperti wanita yang begitu dramatis dan cenderung menangis-itu-cewek-sekali dengan atraksi-atraksi profesional seperti menutup wajah dengan menggeleng kuat-kuat, menekan intonasi tangisan, atau bahu yang berguncang-guncang, dan ... ingus yang meleleh-leleh? *ouch* Tidak. Laki-laki menangis dengan tenang.

Saya memiliki seorang suami yang selama belasan tahun saya menikah tidak pernah terlihat menangis. Dulu sekali pernah, ia menangis untuk pertama kalinya ia mendengar cerita saya. Ia menangis karena saya. So sweet. Tapi sekarang ia tak pernah menangis. Hingga kadang saya khawatir: benarkah ia baik-baik saja? Saya khawatir tidak bisa peka dengan perasaannya dan tidak bisa menghiburnya saat ia benar-benar membutuhkan saya. Tapi ia selalu bilang, “semuanya baik-baik saja, Adek. Ngga usah khawatir.” Dan, memang, semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang berubah dan tidak ada yang tidak biasa. Dia terlihat sangat maskulin dan stabil.

Melihat ayahnya yang demikian tenang, saya suka mengamati anak lelakinya yang lahir dari rahim saya. Laki-laki kecil itu selalu menangis setiap saat. Selalu memeluk saya. Begitu ekspresif mengadukan segala macam hal-hal tak nyaman yang dialaminya. Lalu saya memeluknya dan memberinya sebuah senyum yang menenangkan. Begitu mudah mengenali emosinya. Dan saya merasa … mungkin ia akan bertumbuh seperti ayahnya? Laki-laki kecil yang akan beranjak dewasa dan menyimpan air matanya? Jadi puaskanlah, Nak, menangislah dalam dekapan Bunda sebelum hari itu terjadi. Dengan sebab yang tak pernah bunda pahami.

Begitulah, saya penasaran dengan pernyataan kawan perempuan saya mengapa ia suka melihat laki-laki menangis. Lalu apa jawabnya?

”Ada beberapa fakta tentang laki-laki yang sulit dipahami wanita. Salah satunya adalah sulitnya mengapresiasi perasaan. Jika lelaki menangis tandanya hati dan tubuhnya bekerja. Itu membuat wanita bisa mengambil peran yang pas di sampingnya.”

Waww! Right. Exactly. Itu “gue banget”. Itu “cewek banget”. Please, Sir, perempuan bukan cenayang yang bisa meraba isi kepala dan hati Anda. Perempuan cuma bisa meraba … kulit dan dompet Anda. #nyengir #kode Oke, lupakan. Buat kami itu kerja berat sebagaimana Anda juga bekerja berat untuk memahami kami. Mungkin jika laki-laki keberatan tentang “air mata yang berderai” setidaknya pertimbangkan soal “ekspresikan isi hatimu” hahahahaha.

So, ingin dengar pendapat laki-laki kenapa mereka susah menangis, saya bertanya pada teman main saya, Google. Apa jawabnya?

“Ladies, laki-laki menyimpan air matanya untukmu. Mereka harus melindungimu. Mereka selalu ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja. Semua baik-baik saja, aman, dan terkendali. Apakah kalian pikir air mata adalah simbol ‘semua baik-baik saja’?”

Saya terdiam. Lama. Untuk saya. Semua untuk saya. Dari awal menikah hingga tahun ini, semua untuk saya. Untuk perempuan.

Hmmm … rasanya detik ini juga saya ingin perempuan mengeluarkan sapu tangan dan memberikannya pada seluruh laki-laki baik di luar sana dan berkata, “Gentlemen, saya pikir … Anda tetap butuh menangis. That is why we are united. Tears of pain, tears of joy. Kami juga ingin hidup untuk Anda!”

Lalu seorang teman laki-laki dalam komunitas obrolan kami menimpali, “Percayalah, laki-laki juga bisa menangis, kok. Saat ia dikalahkan oleh kesombongannya. Saat ia menundukkan hati untuk ikhlas dan tahu diri.”

Saya terdiam. Dan entah kenapa, saya semakin ingin membagikan sapu tangan.


6 komentar:

  1. Saya sering banget liat suami saya menangis, pas kami kehilangan anak, saya keguguran, dia lagi berdoa di makam anak saya, ato lagi keingetan anak pasti nangis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Bun ^^ Waktu saya keguguran anak pertama kami, suami juga nangis karena kami nunggunya lumayan lama. Mungkin mengikhlaskan sesuatu dan merasa diri tak berdaya cukup mengaduk emosi laki-laki ya?

      Hapus
  2. sepakat sama judulnya mbak "Laki-Laki Menangis Itu Seksi" :)

    BalasHapus
  3. Baiklah. Cari obat tetes mata di apotik dulu :-P

    BalasHapus
    Balasan
    1. CUT!
      *yang lebih alamiii, Mas Ko*
      TAKE, ACTION!

      Hapus

Pengikut

Supporting KEB

Supporting KEB
Kumpulan Emak Blogger

Histats

Histats.com © 2005-2014 Privacy Policy - Terms Of Use - Check/do opt-out - Powered By Histats