Senin, 02 November 2015

Nyantai Bersama Eliz dan Sebuah Novel

Jalan berdua Eliz dan mampir di salah satu kedai kopi di Cibi City Mall, duduk berhadap-hadapan sepertI ini membuat saya tersenyum. Baru saja beberapa menit yang lalu Bunda harus nyebokin kamu di toilet minta pipis. Bocah bingit. Tapi saat duduk seperti ini, rasanya saya terlalu jauh bertanya pada diri sendiri: siapa yang kelak akan membawamu keluar dari rumah kami, Nak? Yang mampu membahagiakanmu di dunia hingga akhirat?


Elizzat

Oke, silakan menikmati Eclair-mu, Bunda teruskan membaca.

Novel renyah di tangan ini cukup mencuri hati. Beberapa dialognya yang "cewek banget" membuat saya beberapa kali tersenyum. Misalnya, bagaimana betulnya penulis yang membahas salah satu kebiasaan perempuan yang sudah tak asing lagi: membela diri. 

Ini ceritanya PAyton (cewek) dan J.D (cowok) rekan sekerja yang sering berantem. Oke, ketebak deh: klasik -hubungan saling benci akhirnya jadi cinta xixixixixi Tapi bukan soal gimana merea berantemnya. BUkan soal gimana si cowok suka nyindir si cewek. Tapi soal bagaimana kebanyakan cewek itu suka bereaksi defense terhadap sebuah pertanyaan. Nah, Payton di sini digambarkan sebagai cewek yang dewasa yang bisa mengontrol diri dan emosi. Berikut cuplikannya pas suatu hari Payton datang ke kantor menjelang siang.

Melihat kedatangan Payton, J.D menatap jam tangannya kemudian mengamati koridor dari atas ke bawah secara berlebihan. "Wah ... apa aku baru saja melewatkan kereta makan siang? Apa sekarang sudah siang?"

Payton benar-benar membenci pria ini. 

Aku jarang baru masuk kantor menjelang siang hari, hampir saja Payton membalas begitu, tapi dia berhasil menggigit lidahnya.

Payton mengontrol diri untuk tidak langsung bereaksi padahal jelas dia membenci J.D. Nah, bayangkan kita, wanita. Eh, saya aja kali xixixixixixi

+ Kamu udah mandi?

- Udah kali! Emang selama ini aku males mandi?

+ Anak-anak lebih dekat dengan ayahnya ya?

- Ah perasaanmu aja. Biasanya juga lengketnya sama aku!

Sebenarnya daripada cepat bereaksi, akan lebih menyenangkan jika tahan nafas sejenak lalu  tersenyum tenang, menunjukkan dengan penuh elegan bahwa "tuduhan" itu tidak benar. Perilaku reaktif biasanya mendatangkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, orang -khususnya laki-laki- bakal suka banget melihat wajah judes itu sehingga mereka justru akan terus menggoda atau menyerang tiada akhir. Kedua, orang akan males melihatnya.

Suami, yang juga pengawas pribadi saya, terkadang harus mengingatkan saya soal ini. "Adek, diam aja, senyum aja.", "Adek, ngga usah dijawab.", "Adek, ..." :D atau ... "Adek, jawablah dengan tenang dan telak."

Anakmu cuma dikasih makan tempe?

Iya, Bun. Makanan bergizi tinggi tanpa meninggalkan gengsi. Di luar negeri harga tempe lebih mahal dari harga daging. *senyum ramah penuh maksud*

Balik lagi ke dialog Payton. Terus, Payton jawab dengan elegan juga? Atau, dia tetep aja akhirnya nyolot juga?

Tidak. Dia tidak akan merendahkan diri ke level pria itu lalu membela diri.

"Mungkin kalau kau menghabiskan lebih sedikit waktu untuk mencermati waktu kedatangan dan kepulanganku, J.D, dan lebih banyak waktu untuk bekerja, kau tak akan perlu menghabiskan lima belas jam untuk pekerjaan sepuluh jam."

Dan acara membaca serta menulis harus dihentikan dulu karena Eliz mau pup. Hiks. Pulang aja deh. Padahal green tea belum juga abis. Tapi tips bagaimana wanita mampu menyikapi hal dengan tepat di novel ini belum selesai dibaca :D Menarik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Supporting KEB

Supporting KEB
Kumpulan Emak Blogger

Histats

Histats.com © 2005-2014 Privacy Policy - Terms Of Use - Check/do opt-out - Powered By Histats