Sabtu, 14 November 2015

Pesona Mamah Muda


Essence of a Woman
by Anna Razumovskaya



Hai, Maks!
Apa kabar? ^^

Melihat judul salah satu artikel di sebuah media online yang kebetulan melintas di beranda, saya jadi tertarik untuk membacanya. Sebuah artikel yang membahas Mahmud –mamah muda rentang usia 20-40th- yang ternyata menurut penulisnya (laki-laki) jauh lebih menarik daripada ABG. Wow! Kok bisa?

Iya, kok bisa? Makanya saya langsung tergoda membacanya. Dalam bayangan saya, saya akan menemukan sebuah bahasan tentang sosok wanita memesona yang telah matang lahir dan batin. Sosok wanita yang mampu memiliki, menguasai, dan mengontrol dirinya sendiri sehingga menghasilkan sebuah kecantikan yang spesial yang mampu mengalahkan pesona gadis-gadis muda yang masih fresh secara fisik tapi entah dengan mental.

Ini soal daya tarik seksual (sex appeal). Jika kita berbicara tentang hasrat terhadap lawan jenis, tentu saja kita akan selalu memerlukannya sepanjang usia seksual kita. Baik sebelum menikah dan setelah menikah. Hasrat itu tidak melulu tentang hubungan badan namun bagaimana kita merasa memiliki kecenderungan, kenyamanan, hingga perasaan ingin bersatu. Hasrat inilah yang timbul karena daya tarik seksual yang dimiliki oleh lawan jenis kita.

Sex appeal bisa saja didapat secara alami (secara genetik memang menarik) atau melalui lingkungan budaya tertentu hingga perilaku yang bisa dipelajari. Banyak hal yang bisa membuat seseorang memiliki daya tarik seksual yang tinggi. Yang pasti, ada dua hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan daya tarik seksual itu, yakni fisik dan mental.

Hmmm … sejujurnya, saya lebih berharap bahwa artikel itu akan memperbanyak porsi di bagian mental. Atau, setidaknya berimbanglah. Bayangkan saja, usia mamah muda dalam psikologi perkembangan adalah masuk dalam wilayah dewasa dini yang sesungguhnya memiliki banyak tugas perkembangan yang tidak mudah. Mereka dalam fase “masa bermasalah” (Hurlock, 1980) dalam penyesuaian diri dengan kehidupan perkawinan, peran baru sebagai orangtua, dan juga karir (jika ada).  Saya tentu berharap bahwa justru fase inilah seorang wanita (mamah muda) dikatakan sangat memesona karena mereka bisa menjalankan tugas-tugas perkembangannya dengan baik sehingga mereka mendapat kepuasan atas kehidupan pribadinya. Hal ini akan menyebabkan mereka bisa menjadi lebih percaya diri dalam menghadapi masalah kehidupan, lebih optimis, lebih bebas mengekspresikan diri (memilih hiburan, menekuni hobi, menemukan prinsip atau filosofi hidup, dll), dan merasa lebih tenang serta mantab menjalani kehidupan karena mereka sudah memiliki diri yang utuh: sebagai istri dan ibu. Yakni, sebagai perempuan yang memiliki kematangan secara mental.

Nah, dari artikel yang tidak bisa dikatakan sebagai pandangan yang kuat (karena hanya melakukan survei pada sedikit orang dan dari kalangan teman sendiri xixixixixi) Setidaknya saya malah menemukan pendapat yang berada di luar perkiraan saya soal “kenapa mamah muda lebih menarik dari ABG?”.

Pendapat 1

Dikatakan bahwa setelah menikah dan punya anak, wanita itu merasa lebih utuh dan percaya diri, merasa sudah menjadi “wanita” sesungguhnya karena ia sudah dilengkapi kehadiran anak dan suami. Keadaan ini secara psikologis meningkatkan kepercayaan diri yang berimbas pada naiknya pesona, juga performa. Kalau dulu malu-malu, sekarang menggebu-gebu. Kalau dulu pacaran ngumpet-ngumpet, sekarang tak mengenal takut. Kalau dulu monoton, sekarang jago bermanuver. Kalau dulu itu-itu saja sekarang banyak variasinya.

Komentar saya: Serius? –kening mengerut- Hanya soal seks?

Pendapat 2

Wanita bersuami atau pernah bersuami dipastikan lebih berpengalaman. Pengalaman menempa mamah muda sehingga lebih bisa memancarkan daya tarik atau sex appeal yang dimilikinya entah dengan perawatan, dandan, latihan, cara membawa diri atau tingkah lakunya. Mamah muda menjadi lebih kece badai dibandingkan dulu saat masih lajang. Malahan, status “janda” yang dimiliki mamah muda kadang menjadi daya tarik tersendiri. Pengalaman seksual sebelumnya bisa membuat hormon seksual meningkat yang akan menyebabkan daya tarik meningkat sehingga mereka tampak menjadi lebih hebat.

Komentar saya: Appah?! Soal seks lagi?

Pendapat 3

Janda atau wanita bersuami cenderung sudah mapan sehingga lebih leluasa mematut diri: perawatan tubuh, pergi ke salon, kosmetik, baju-baju menarik, bermacam perhiasaan bisa dibeli dengan kartu kredit platinum dari sang suami atau dari pembagian harta gono-gini. Hal itu mampu mendongkrak penampilan mamah muda 100 hingga 1.000 persen. Daya tarik wanita bertubuh singset lagi berpengalaman, hasil rutin olah kebugaran dan paket perawatan mahal tentu tak kalah menggiurkan dibanding ranumnya gadis-gadis SMA. Ah, Abege tahu apa soal ranjang?

Komentar saya: Ya ampuuun, seks lagi?! –tahan nafas-

Pendapat 4

Mamah muda dijamin lebih berani dibandingkan perawan. Ceritanya penulis artikel itu punya teman kuliah wanita yang dulunya jika ada yang bicara jorok dikit, padahal cuma soal cium kening, dia sudah bilang itu hal yang saru (tak senonoh). Tapi giliran sudah punya anak dua, obrolannya tak jauh-jauh dari selangkangan dan ranjang.

Komentar saya: Astagaaa –kepala berasap-

Jadi sampai artikel ini selesai saya baca, isinya begitu doang? Kognitif? XD Untung orang macam ini tidak ada dalam circle saya. Menjijikkan. Begitukah cara pandang beberapa kaum laki-laki di luar sana tentang mamah muda? Bercanda? Kognitif grade berapa yang akan menjadikan wanita sebagai obyek bercanda? Kalau pria punya persepsi wanita itu indah, bukan berarti ia bebas mengeksploitasi keindahan. Tahu bunga Lili di taman yang terjaga? Metik sembarangan aja bisa dianggap amoral. Apalagi ini manusia.

Sudah saatnya mamah muda berkonsentrasi penuh dengan kehidupan pribadi. Jangan tolah-toleh pada kehidupan luar yang berada di luar fokus usia dan tugas-tugas perkembangan yang ada. Satu contoh pemikiran di atas yang sangat mengobyekkan wanita telah membuktikan bahwa di luar rumah seorang mamah muda ada (banyak?) laki-laki yang sulit dipercaya. Bahkan, mereka dengan isi otaknya kadang memandang mamah muda demikian tak berguna selain obyek seks, mengincar. Bawa diri dengan baik. Hanya kita sendiri yang bisa melakukannya sebab tidak semua orang di luar sana akan beramah tamah dengan eksistensi mamah muda. 

Sebagai wanita yang menghargai kebebasan, maka saya tidak bisa melarang orang memiliki pandangan-pandangan pribadi. Tapi, hei, tidak adakah hal yang lebih menarik dibahas sebagai bentuk penghargaan terhadap perkembangan mental mamah muda? Mamah muda sebagai obyek seksual alih-alih membahasnya sebagai subyek yang bertumbuh dalam dunianya yang kompleks? Ayolah …. Apakah saya harus menulis artikel senada (grade kognitif entah berapa) tentang papah muda? Haduuuh, lupakan deh :D Nggak banget.

12 komentar:

  1. Kalau sepengamatanku, yang suka debat kusir di media sosial itu kayaknya mahmud, deh. Apa ini karena temanku kebanyakan mahmud daripada ABG, ya?

    Tapi aku sepakat. Kehidupan mahmud tak kalah menggelora dengan para ABG. Dan media sosial menjadi penyaluran bagi emosi-emosi yang tak tersalurkan di dunia nyata

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tak kalah galau maksudnya, Mas Ko? XD Selalu ada GALAU di setiap usia ya xixixixixixi

      Hapus
  2. Yah kalau di mata laki-laki pasti urusannya soal S terus deh, padahal mahmudnya cuma mau eksis :D

    BalasHapus
  3. Iya, mbahasnya kok dari daya tarik seksual gitu yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah kan ... segitunya ya, Mbak Dew *keluar tanduk

      Hapus
  4. Mamah Muda? Nikah Muda? Saya sendiri kok belum kepikiran 2 hal itu ya meski saya sebagai kodrat wanita tetep ingin menjadi ibu.

    Pernah ada Mbak kos yg nikah muda, tapi dia sopan dan gk berkata jorok Mbak. hehehe mungkin beda karakter karena beda pergaulan kali ya?

    Tapi thanks ulasannya. tetep menarik :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mbak. Memang pergaulan akan memengaruhi cara melihat orang lain xixixixixixi

      Hapus
  5. Bisa jadi sih. Cewek yang tadinya malu-malu pake lisptik setelah menikah bisa merah merona, dll.
    menurut saya nggak menjijikan sih. Yang diungkapkan juga banyak yang fakta (banyak, nggak semua sih)

    Nah, saya jadi ingat pakar parenting bicara, soal ketertarikan perempuan dan laki emang beda. Kalau perempuan tertarik/terpesona yang berdetak hatinya yang terbayang suasana romantis, sementara laki-laki justru bagian yang vital.

    Jadi kalau sepenglihatan saya nih, emang kecenderungan laki gini mbak tapi kan nanti ada faktor yang mana dominan, ada faktor moral, etika, agama, lingkunga pergaulan, dll.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks udah mampir, Mbak Lidha ^^ Tidak ada yang salah soal pendapat itu. Bahkan bagi saya tidak ada pendapat yang salah dari persepsi masing-masing orang. Tapi kalau membaca "curhatan" saya secara keseluruhan utuh, mungkin Mbak akan tahu di mana letak "menjijikkannya", yakni poin yang saya permasalahkan :)

      Hapus
  6. Tulisanmu selalu menarik mb, ilmiah ^^

    BalasHapus

Pengikut

Supporting KEB

Supporting KEB
Kumpulan Emak Blogger

Histats

Histats.com © 2005-2014 Privacy Policy - Terms Of Use - Check/do opt-out - Powered By Histats