Apa kabar? ^^
Melihat judul salah satu artikel di sebuah media online
yang kebetulan melintas di beranda, saya jadi tertarik untuk membacanya. Sebuah
artikel yang membahas Mahmud –mamah muda rentang usia 20-40th- yang ternyata
menurut penulisnya (laki-laki) jauh lebih menarik daripada ABG. Wow! Kok bisa?
Iya, kok bisa? Makanya saya langsung tergoda membacanya.
Dalam bayangan saya, saya akan menemukan sebuah bahasan tentang sosok wanita
memesona yang telah matang lahir dan batin. Sosok wanita yang mampu memiliki,
menguasai, dan mengontrol dirinya sendiri sehingga menghasilkan sebuah
kecantikan yang spesial yang mampu mengalahkan pesona gadis-gadis muda yang
masih fresh secara fisik tapi entah dengan mental.
Ini soal daya tarik seksual (sex appeal). Jika
kita berbicara tentang hasrat terhadap lawan jenis, tentu saja kita akan selalu
memerlukannya sepanjang usia seksual kita. Baik sebelum menikah dan setelah
menikah. Hasrat itu tidak melulu tentang hubungan badan namun bagaimana kita
merasa memiliki kecenderungan, kenyamanan, hingga perasaan ingin bersatu. Hasrat
inilah yang timbul karena daya tarik seksual yang dimiliki oleh lawan jenis kita.
Sex appeal bisa saja didapat secara alami
(secara genetik memang menarik) atau melalui lingkungan budaya tertentu hingga
perilaku yang bisa dipelajari. Banyak hal yang bisa membuat seseorang memiliki
daya tarik seksual yang tinggi. Yang pasti, ada dua hal yang harus diperhatikan untuk
meningkatkan daya tarik seksual itu, yakni fisik dan mental.
Hmmm … sejujurnya, saya lebih berharap bahwa artikel itu
akan memperbanyak porsi di bagian mental. Atau, setidaknya berimbanglah.
Bayangkan saja, usia mamah muda dalam psikologi perkembangan adalah masuk dalam
wilayah dewasa dini yang sesungguhnya memiliki banyak tugas perkembangan yang
tidak mudah. Mereka dalam fase “masa bermasalah” (Hurlock, 1980) dalam
penyesuaian diri dengan kehidupan perkawinan, peran baru sebagai orangtua, dan
juga karir (jika ada). Saya tentu berharap bahwa justru fase inilah
seorang wanita (mamah muda) dikatakan sangat memesona karena mereka bisa
menjalankan tugas-tugas perkembangannya dengan baik sehingga mereka mendapat
kepuasan atas kehidupan pribadinya. Hal ini akan menyebabkan mereka bisa
menjadi lebih percaya diri dalam menghadapi masalah kehidupan, lebih optimis,
lebih bebas mengekspresikan diri (memilih hiburan, menekuni hobi, menemukan
prinsip atau filosofi hidup, dll), dan merasa lebih tenang serta mantab menjalani
kehidupan karena mereka sudah memiliki diri yang utuh: sebagai istri dan ibu.
Yakni, sebagai perempuan yang memiliki kematangan secara mental.
Nah, dari artikel yang tidak bisa dikatakan sebagai
pandangan yang kuat (karena hanya melakukan survei pada sedikit orang dan dari
kalangan teman sendiri xixixixixi) Setidaknya saya malah menemukan pendapat
yang berada di luar perkiraan saya soal “kenapa mamah muda lebih menarik dari
ABG?”.
Pendapat 1
Dikatakan bahwa setelah menikah dan punya anak, wanita
itu merasa lebih utuh dan percaya diri, merasa sudah menjadi “wanita”
sesungguhnya karena ia sudah dilengkapi kehadiran anak dan suami. Keadaan ini
secara psikologis meningkatkan kepercayaan diri yang berimbas pada naiknya
pesona, juga performa. Kalau dulu malu-malu, sekarang menggebu-gebu. Kalau dulu
pacaran ngumpet-ngumpet, sekarang tak mengenal takut. Kalau dulu
monoton, sekarang jago bermanuver. Kalau dulu itu-itu saja sekarang banyak
variasinya.
Komentar saya: Serius? –kening mengerut- Hanya soal seks?
Pendapat 2
Wanita bersuami atau pernah bersuami dipastikan lebih
berpengalaman. Pengalaman menempa mamah muda sehingga lebih bisa memancarkan
daya tarik atau sex appeal yang dimilikinya entah dengan
perawatan, dandan, latihan, cara membawa diri atau tingkah lakunya. Mamah muda
menjadi lebih kece badai dibandingkan dulu saat masih lajang. Malahan,
status “janda” yang dimiliki mamah muda kadang menjadi daya tarik tersendiri.
Pengalaman seksual sebelumnya bisa membuat hormon seksual meningkat yang akan
menyebabkan daya tarik meningkat sehingga mereka tampak menjadi lebih hebat.
Komentar saya: Appah?! Soal seks lagi?
Pendapat 3
Janda atau wanita bersuami cenderung sudah mapan sehingga
lebih leluasa mematut diri: perawatan tubuh, pergi ke salon, kosmetik,
baju-baju menarik, bermacam perhiasaan bisa dibeli dengan kartu kredit platinum
dari sang suami atau dari pembagian harta gono-gini. Hal itu mampu mendongkrak
penampilan mamah muda 100 hingga 1.000 persen. Daya tarik wanita bertubuh
singset lagi berpengalaman, hasil rutin olah kebugaran dan paket perawatan
mahal tentu tak kalah menggiurkan dibanding ranumnya gadis-gadis SMA. Ah, Abege
tahu apa soal ranjang?
Komentar saya: Ya ampuuun, seks lagi?! –tahan nafas-
Pendapat 4
Mamah muda dijamin lebih berani dibandingkan perawan.
Ceritanya penulis artikel itu punya teman kuliah wanita yang dulunya jika ada
yang bicara jorok dikit, padahal cuma soal cium kening, dia sudah bilang itu
hal yang saru (tak senonoh). Tapi giliran sudah punya anak dua,
obrolannya tak jauh-jauh dari selangkangan dan ranjang.
Komentar saya: Astagaaa
–kepala berasap-
Jadi sampai artikel ini selesai saya baca, isinya begitu
doang? Kognitif? XD Untung orang macam ini tidak ada dalam circle saya.
Menjijikkan. Begitukah cara pandang beberapa kaum laki-laki di luar sana
tentang mamah muda? Bercanda? Kognitif grade berapa yang akan menjadikan
wanita sebagai obyek bercanda? Kalau pria punya persepsi wanita itu indah, bukan berarti ia bebas mengeksploitasi keindahan. Tahu bunga Lili di taman yang terjaga? Metik sembarangan aja bisa dianggap amoral. Apalagi ini manusia.
Sudah saatnya mamah muda berkonsentrasi penuh dengan
kehidupan pribadi. Jangan tolah-toleh pada kehidupan luar yang berada di luar
fokus usia dan tugas-tugas perkembangan yang ada. Satu contoh pemikiran di atas
yang sangat mengobyekkan wanita telah membuktikan bahwa di luar rumah seorang
mamah muda ada (banyak?) laki-laki yang sulit dipercaya. Bahkan, mereka dengan isi otaknya
kadang memandang mamah muda demikian tak berguna selain obyek seks, mengincar. Bawa diri
dengan baik. Hanya kita sendiri yang bisa melakukannya sebab tidak semua orang
di luar sana akan beramah tamah dengan eksistensi mamah muda.
Sebagai wanita yang menghargai kebebasan, maka saya tidak
bisa melarang orang memiliki pandangan-pandangan pribadi. Tapi, hei, tidak
adakah hal yang lebih menarik dibahas sebagai bentuk penghargaan terhadap perkembangan
mental mamah muda? Mamah muda sebagai obyek seksual alih-alih membahasnya
sebagai subyek yang bertumbuh dalam dunianya yang kompleks? Ayolah …. Apakah
saya harus menulis artikel senada (grade kognitif entah berapa) tentang
papah muda? Haduuuh, lupakan deh :D Nggak banget.
Kalau sepengamatanku, yang suka debat kusir di media sosial itu kayaknya mahmud, deh. Apa ini karena temanku kebanyakan mahmud daripada ABG, ya?
BalasHapusTapi aku sepakat. Kehidupan mahmud tak kalah menggelora dengan para ABG. Dan media sosial menjadi penyaluran bagi emosi-emosi yang tak tersalurkan di dunia nyata
Tak kalah galau maksudnya, Mas Ko? XD Selalu ada GALAU di setiap usia ya xixixixixixi
HapusYah kalau di mata laki-laki pasti urusannya soal S terus deh, padahal mahmudnya cuma mau eksis :D
BalasHapusGitu ya, Mbak Leyla? Xixixixixixi
HapusIya, mbahasnya kok dari daya tarik seksual gitu yaa
BalasHapusNah kan ... segitunya ya, Mbak Dew *keluar tanduk
HapusMamah Muda? Nikah Muda? Saya sendiri kok belum kepikiran 2 hal itu ya meski saya sebagai kodrat wanita tetep ingin menjadi ibu.
BalasHapusPernah ada Mbak kos yg nikah muda, tapi dia sopan dan gk berkata jorok Mbak. hehehe mungkin beda karakter karena beda pergaulan kali ya?
Tapi thanks ulasannya. tetep menarik :D
Betul, Mbak. Memang pergaulan akan memengaruhi cara melihat orang lain xixixixixixi
HapusBisa jadi sih. Cewek yang tadinya malu-malu pake lisptik setelah menikah bisa merah merona, dll.
BalasHapusmenurut saya nggak menjijikan sih. Yang diungkapkan juga banyak yang fakta (banyak, nggak semua sih)
Nah, saya jadi ingat pakar parenting bicara, soal ketertarikan perempuan dan laki emang beda. Kalau perempuan tertarik/terpesona yang berdetak hatinya yang terbayang suasana romantis, sementara laki-laki justru bagian yang vital.
Jadi kalau sepenglihatan saya nih, emang kecenderungan laki gini mbak tapi kan nanti ada faktor yang mana dominan, ada faktor moral, etika, agama, lingkunga pergaulan, dll.
Thanks udah mampir, Mbak Lidha ^^ Tidak ada yang salah soal pendapat itu. Bahkan bagi saya tidak ada pendapat yang salah dari persepsi masing-masing orang. Tapi kalau membaca "curhatan" saya secara keseluruhan utuh, mungkin Mbak akan tahu di mana letak "menjijikkannya", yakni poin yang saya permasalahkan :)
HapusTulisanmu selalu menarik mb, ilmiah ^^
BalasHapusThanks, Mbak :D
Hapus