Selasa, 10 November 2015

Selangkah Lebih Dekat Dengan KMGP (Ketika Mas Gagah Pergi)


Apa saja cara meraih kesuksesan dalam membuat sebuah film? Salah satunya, tentu, adalah dengan mengangkat novel best seller. Kendala yang mungkin ada adalah basis fan novel yang terlanjur jatuh cinta dengan novelnya, yang tak rela imajinasi mereka yang sudah mapan itu dikerjakan sembarangan, atau justru penulisnya sendiri yang tak mau itu terjadi. Demikian dengan film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP).



Seperti pengakuan Helvy Tiana Rosa, penulis novel KMGP, ada 11 Production House (PH) yang sudah melamar cerita ini untuk difilmkan. Namun penulis yang cukup idealis ini memutuskan untuk memproduksi sendiri bersama Indo Broadcast dan ACT (Aksi Cepat Tanggap). Helvy mengaku ingin menyampaikan nilai kemanusiaan-relijius dalam novelnya ini dengan lebih ringan dan menarik agar anak muda dari berbagai kalangan dapat dengan mudah memahami dan mengambil nilai-nilai positif yang ada. Helvy ingin ruh KMGP muncul dan berkisah tentang kehidupan itu sendiri. KMGP bukanlah film yang hanya menjual cerita.

Ada tiga hal menarik dari perjuangan idealisme seorang Helvy yang terjun langsung menjadi produser film untuk pertama kalinya ini melalui tagline “Kita yang Modalin, Kita yang Buat, Dunia yang Nonton”.

Pertama, dunia yang nonton. Kisah KMGP sebenarnya telah memiliki sejarah yang panjang. Dan ini merupakan pasar istimewa. Ditulis pertama kali tahun 1992 dan kemudian diterbitkan pada tahun 1997, novel ini sudah dicetak ulang 39 kali hingga kini oleh penerbit besar Indonesia. Dengan demikian, novel ini memiliki fan para muda yang tidak sedikit dan terus berkembang. Apalagi, fan mulai dari tahun 90-an adalah fan yang royal dan setia. Ini terlihat saat salah satu jaringan mereka, Forum Lingkar Pena, ikut aktif mendukung proses pembuatan hingga promosi untuk menjaring pendukung dan penonton yang terus menerus dilakukan oleh Helvy dan tim. 

Ingin lebih meluaskan jangkauan penggemar itulah Helvy tidak berhenti pada kepuasan akan pasar istimewa ini. Ia ingin dunia bisa menikmati nilai-nilai kemanusiaan-relijius ini. Semua itu terwujud secara indah saat beberapa komunitas seperti Halal Network HPAI, Smart Club Surabaya, Masyarakat Relawan Indonesia, Hijabers Mom Community, Tangan Di Atas (TDA), dll. turut berkomitmen untuk mendukung dan siap membeli tiket KMGP di muka (presale).

Kedua, kita yang buat. Helvy betul-betul terjun langsung bersama orang-orang baru, selain menggandeng para sineas profesional. Misinya adalah mengajak dan membuka diri pada semua kalangan untuk ikut berpartisipasi dalam film ini. Ada banyak orang di sini, sebut saja musisi Dwiki Dharmawan, sutradara Firmansyah, penulis skenario Fredy Aryanto, editor Rizal Basri, Wulan Guritno, Mathias Muchus, Epy Kusnandar, mantan artis cilik Joshua Herman, Ustadz Salim A. Fillah, Abdur Komika, dll. 



Untuk artis utama, Helvy mengaku memiliki idealisme menggandeng anak-anak muda yang betul-betul baru yang kehidupan sehari-harinya tidak jauh berbeda dengan perannya dalam KMGP. Helvy dan tim ingin membuat tokoh yang benar-benar baru agar tak terbawa oleh banyak imej yang sudah dimiliki para artis yang telah eksis. Audisi telah dilakukan berbulan-bulan yang lalu melalui media sosial yang berhasil memunculkan nama Hamas Izzudin (Mas Gagah), Masaji Wijayanto (Yudi), Izzatin Ajrina (Nadia), Aquino Umar (Gita).

Ketiga, kita yang modalin. Ya! Dengan tidak menyerah pada urusan permodalan, Helvy mampu mewujudkan dan mempertahankan ide yang memiliki tanggungjawab besar pada kemanusiaan. Dengan memanfaatkan kekuatan tagline “Kita yang Modalin, Kita yang Buat, Dunia yang Nonton”, kekuatan jaringan fan dan komunitas, isu kemanusiaan seperti donasi pada kawan-kawan di Indonesia Timur dan juga Palestina, dan isu lingkungan hidup melalui gerakan menanam pohon dan peduli petani, Helvy mulai mewujudkan pendanaan yang kuat secara mandiri untuk membiayai produksi film. Gerakan mencari dana mandiri untuk mengerjakan sebuah film cukup marak saat ini. Di antaranya dapat dilihat di sini.  

Selain pembukaan donasi di rekening, Helvy dan tim mulai merumuskan sebuah teknik marketing yang cukup matang, yakni komitmen pembelian 550 ribu lembar tiket presale seharga Rp 100.000,- hingga akhir Desember ini. Dengan berbagai manfaat yang akan diperoleh dengan uang yang terbilang mahal untuk sebuah tiket, tentu saja harapannya adalah bahwa penonton tahu bahwa pembelian itu tidak hanya berbicara soal komersialisme: kami tidak menjual tiket untuk ditukar dengan sebuah film. Helvy dan tim cukup optimis mengingat ide ini disambut baik oleh jaringan dan komunitas pendukung KMGP yang siap mewujudkannya.

KMGP
Demikianlah tentang KMGP. Film yang mulai melakukan proses syuting sejak Oktober lalu di Jakarta hingga Maluku Utara akan dijadwalkan tayang pada Januari tahun depan dengan rencana penayangan serentak di lima kota besar: Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, dan Medan. Berminat ikut menjadi bagian dari “kita” pada tagline “Kita yang Modalin, Kita yang Buat, Dunia yang Nonton”? Kunjungi kmgp.club atau kmgpthemovie.com!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Supporting KEB

Supporting KEB
Kumpulan Emak Blogger

Histats

Histats.com © 2005-2014 Privacy Policy - Terms Of Use - Check/do opt-out - Powered By Histats