Rabu, 25 November 2015

Takdir Ngga Seperti Bunga Dandelion (?) -sebuah novel-



Malam-malam dapat kiriman calon kaver novel dan diminta memilih itu adalah “sesuatu”. Langsung deh saya meminta pendapat beberapa teman dekat dan satu komunitas menulis. Ternyata, mayoritas memilih gambar lentera daripada bunga Dandelion.



Apalagi dari filosofi yang ditawarkan, Dandelion adalah buang yang terbang ke mana saja. “pasrah” kepada angin yang membawanya. Hmmm … semacam seseorang yang hidup, lalu melayang ke mana saja untuk menemukan takdirnya. Sedangkan saya memercayai kalau takdir itu dibuat sih …. :D Takdir itu ibarat segelap apapun, manusia selalu akan menyalakan cahayanya sendiri. Sebuah cahaya, seredup apapun, akan bisa menunjukkan jalan.

Ada satu titik di hidup, kadang, kita begitu lelah dan berasa “ya udahlah …”. Pasrah, seperti Dandelion yang diam saja. Cantik dan diam diterbangkan angin. Tapi sungguh, pernahkah kita benar-benar tahu bagaimana akhir dari Dandelion dalam belaian angin? Karena kerapuhannya, bahkan ia runtuh satu persatu sebelum mampu terbang tinggi. Atau bahkan, kita tak pernah peduli apa yang terjadi setelah Dandelion melayang diterbangkan angin. Mmmmm …, anyway menjadi cantik dan pasrah sesaat terlihat anggun juga sih. Menentramkan.

Tapi, saya lebih menyukai cahaya.


________________________________________________________






1

Beberapa hari berada di Amman untuk keperluan pembukaan cabang perusahaan furniturnya, Harry tak pernah melewatkan paginya dengan menyapa matahari beserta kehangatannya. Di awal musim dingin, cuaca di Amman cukup bersahabat. Hangat dan segar. Harry tertarik dengan gaya pria-pria Siria yang atraktif menawarkan bunga di sebuah perempatan lampu merah. Jalan yang sedikit menurun. Servis bisnis yang bagus dalam skala kecil. Siapa yang mampu membayangkan bisnismen seperti dirinya harus berpikir serba besar untuk pengembangan bisnis, serba detail untuk pengembangan produksi?
Funitur di Amman cukup menggeliat. Harry tidak mengambil pangsa pasar kebanyakan karena masyarakat Amman tengah terbuai dengan kehadiran IKEA dari Swedia yang modern dan simple. Ia mencoba bersaing di kalangan klasik dan unik. Menonjolkan kualitas kayu yang prima. Desain furniture yang mengekspos mother of pearl dari Lombok cukup diperhitungkan sebagai pembanding furniture khas Siria. Beda dalam gaya. Apalagi, saat ini Siria sedang mengalami konflik. Pasokan dari Siria mungkin belum bisa maksimal. Untuk desain ukiran dari Jepara? Belum terkalahkan. Ukir Jepara masih diminati. Terbukti, pemerintah Jordan masih mempekerjakan pengukir-pengukir dari Jepara untuk kepentingan seni ukir di negara mereka. Di beberapa masjid atau bangunan-bangunan tertentu, terpahat hasil karya pengukir Indonesia yang memesona.
Untuk membunuh kekakuan dalam apartemennya, Harry meletakkan bunga di satu meja disamping kursi tempat ia membaca buku melepas lelah. Harry merasa rumahnya sedikit segar dan bergairah dengan sentuhan bunga. Dan … sedikit romantis. Harry seperti sedang memandang wanita berdaster yang mengenakan celemek masak, wara-wiri membawa segala perabotan dapur dengan hidung belepotan adonan. Lalu, jikalau nyata, Harry ingin mencium hidung mungil itu. Membaui campuran adonan dan keringat wangi wanita bercelemek yang memesona.


https://www.akbik.com/


Sekali lagi, untuk sebuah kenyamanan dan suasana rumah yang bergairah, untuk sebuah bayangan wanita berdaster yang hanya mengurusinya seorang, Harry selalu setia membeli setangkai mawar di perempatan jalan yang sedikit menurun, tak jauh dari rumahnya di Dar Geybar.
 “You know, Sir, I’ll tell you about a lady who always looks at you.” Suatu hari, penjual bunga yang selalu menyediakan setangkai bunga mawar paling segar untuknya itu tersenyum menyapa.
“Dia sepertinya sudah menghafal jam Anda membeli bunga. Wanita yang menyetir mobil berwarna merah itu ada di belakangmu. Jangan menengok!” penjual bunga itu berteriak dengan suara ditahan. “Dia berhenti sebagaimana Anda berhenti di lampu merah. Sebenarnya ini unik. Saya tahu dia menghafal jam Anda tiba. Mungkin ingin melihat Anda kembali. Dan beberapa hari ini, kalian selalu berada di pemberhentian lampu merah di jam yang sama. On time! Takdirkah? Jika mobil-mobil itu sudah berjalan, pastikan Anda melihatnya!”
Dan lampu merah itu pun menyala. Harry kehilangan detik untuk melihatnya. Meskipun kaca mobil di Amman rata-rata transparan, gerakan menengoknya sambil memastikan posisi mobil masih kalah cepat dengan laju kendaraan.
“Anda belum beruntung!” si penjual bunga tertawa. “Sir, saya yakin dia tidak sedang mengagumi sepatu olahraga Anda!”
“Kamu yakin dia memandangku setiap hari? Bangsa mana kira-kira?” Harry tertawa iseng. “Urdun? Siria? Eropa?”
Penjual bunga menggeleng. “China?”
“China?” Kening Harry berkerut. Ia tak percaya ia mampu terlibat pembicaraan tentang seorang wanita bersama seorang pria Siria asing penjual bunga. “Anggap dia pengagum rahasia.” Harry tertawa sambil mengangsurkan uang yang sejak tadi tertahan karena seorang gadis China atau siapapun itu.
“Secret admirer?” Si penjual bunga tertawa. “Pengagum Anda sudah menjadi gosip di kalangan kami. Teman saya melihatnya sedang menangis saat memandang Anda, Sir. Anda tahu betapa tajam dan lembutnya pandangan kami.” Penjual bunga tertawa.
“Ohya?” Harry setengah ingin tertawa. Tapi ia merasa tak pantas menertawakan sesuatu yang belum jelas itu lelucon atau sesuatu yang serius: seorang wanita menangis saat memandangnya.
“Percayalah. Anda akan menyesal jika tidak mendengar nasehat kami.”
“Saya harus bagaimana menurutmu?” Harry bertanya sambil lalu.
“Jangan mengusir burung dengan melangkah di hadapannya. Tangkaplah pelan-pelan, dari belakang. Siapa tahu burung itu cocok untuk tinggal di sangkar Anda, Tuan.”
Tawa Harry meledak. Rasanya ia seperti pria berumur duapuluh tahunan yang baru saja keluar dari universitas dengan sebuah pekerjaan yang telah menunggunya. Muda, gaya, dan percaya diri untuk berburu burung jenis apapun.
“Tuan, saya serius. Tengoklah wanita itu.” Penjual bunga itu menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dan hari berikutnya, penjual bunga masih berkata hal yang sama. Mobil merah pun terlihat jelas kembali. Namun Harry tak jua mampu melihat bayangan pengemudinya yang cepat berlalu saat Harry bebas menolehkan kepala agar tak terpergok malu karena rasa penasaran yang tinggi. Apakah hanya kebetulan saja? Dua hari berturut-turut tentang mobil merah dan gadis China?
Esoknya, Harry memutuskan untuk menyetir dan menepikan mobilnya di seberang jalan. Ia membawa kameranya untuk memastikan ia mampu membidik dalam jarak yang cukup jauh dengan resolusi tinggi.
Sekarang, sebuah gambar dari kamera digital yang sudah terhubung dengan laptop itu terpampang jelas di depannya. Gambar seorang gadis berkerudung yang wajahnya sudah tak asing lagi. Bukan China. Indonesia tulen. 
Harry tercenung lama sekali.



COMING SOON! ^^

2 komentar:

  1. Ihirr, cover2ny cantik2 buun :)
    Klo dj lebih suka k cover lampion hihihi
    Kesanny, hm.. seperti mencari penerangan dlm gelapnya harapan *eaaa..
    Dan, berusaha setia berarti sudah menemukan cahaya yang memandunya untuk melakukan itu ^^
    *Uhuk edisi sotoy dj :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai, DJ! Aku sukaaa sama komennya :* Thanks udah mampir dimari, Dear ^^

      Hapus

Pengikut

Supporting KEB

Supporting KEB
Kumpulan Emak Blogger

Histats

Histats.com © 2005-2014 Privacy Policy - Terms Of Use - Check/do opt-out - Powered By Histats