Malam-malam dapat kiriman
calon kaver novel dan diminta memilih itu adalah “sesuatu”. Langsung deh saya
meminta pendapat beberapa teman dekat dan satu komunitas menulis. Ternyata,
mayoritas memilih gambar lentera daripada bunga Dandelion.
Apalagi dari filosofi yang
ditawarkan, Dandelion adalah buang yang terbang ke mana saja. “pasrah” kepada
angin yang membawanya. Hmmm … semacam seseorang yang hidup, lalu melayang ke
mana saja untuk menemukan takdirnya. Sedangkan saya memercayai kalau takdir itu
dibuat sih …. :D Takdir itu ibarat segelap apapun, manusia selalu akan
menyalakan cahayanya sendiri. Sebuah cahaya, seredup apapun, akan bisa
menunjukkan jalan.
Ada satu titik di hidup,
kadang, kita begitu lelah dan berasa “ya udahlah …”. Pasrah, seperti Dandelion
yang diam saja. Cantik dan diam diterbangkan angin. Tapi sungguh, pernahkah
kita benar-benar tahu bagaimana akhir dari Dandelion dalam belaian angin?
Karena kerapuhannya, bahkan ia runtuh satu persatu sebelum mampu terbang
tinggi. Atau bahkan, kita tak pernah peduli apa yang terjadi setelah Dandelion
melayang diterbangkan angin. Mmmmm …, anyway menjadi cantik dan pasrah sesaat
terlihat anggun juga sih. Menentramkan.
Tapi, saya lebih menyukai cahaya.
________________________________________________________
1
Beberapa hari berada di Amman untuk keperluan
pembukaan cabang perusahaan furniturnya, Harry tak pernah melewatkan paginya
dengan menyapa matahari beserta kehangatannya. Di awal musim dingin, cuaca di Amman cukup bersahabat. Hangat dan segar. Harry tertarik dengan
gaya pria-pria Siria yang atraktif menawarkan bunga di sebuah perempatan lampu
merah. Jalan yang sedikit menurun. Servis bisnis yang bagus dalam skala kecil.
Siapa yang mampu membayangkan bisnismen seperti dirinya harus berpikir serba
besar untuk pengembangan bisnis, serba detail untuk pengembangan produksi?
Funitur di Amman cukup menggeliat. Harry tidak
mengambil pangsa pasar kebanyakan karena masyarakat Amman tengah terbuai dengan
kehadiran IKEA dari Swedia yang modern dan simple. Ia mencoba bersaing di
kalangan klasik dan unik. Menonjolkan kualitas kayu yang prima. Desain
furniture yang mengekspos mother of pearl dari Lombok cukup
diperhitungkan sebagai pembanding furniture khas Siria. Beda dalam gaya.
Apalagi, saat ini Siria sedang mengalami konflik. Pasokan dari Siria mungkin
belum bisa maksimal. Untuk desain ukiran dari Jepara? Belum terkalahkan. Ukir
Jepara masih diminati. Terbukti, pemerintah Jordan masih mempekerjakan
pengukir-pengukir dari Jepara untuk kepentingan seni ukir di negara mereka. Di
beberapa masjid atau bangunan-bangunan tertentu, terpahat hasil karya pengukir
Indonesia yang memesona.
Untuk membunuh kekakuan dalam apartemennya, Harry
meletakkan bunga di satu meja disamping kursi tempat ia membaca buku melepas
lelah. Harry merasa rumahnya sedikit segar dan bergairah dengan sentuhan bunga. Dan … sedikit romantis. Harry seperti sedang memandang wanita
berdaster yang mengenakan celemek masak, wara-wiri membawa segala
perabotan dapur dengan hidung belepotan adonan. Lalu, jikalau nyata, Harry
ingin mencium hidung mungil itu. Membaui campuran adonan dan keringat wangi
wanita bercelemek yang memesona.
https://www.akbik.com/
Sekali lagi, untuk sebuah kenyamanan dan
suasana rumah yang bergairah, untuk sebuah bayangan wanita berdaster yang hanya
mengurusinya seorang, Harry selalu setia membeli setangkai mawar di perempatan
jalan yang sedikit menurun, tak jauh dari rumahnya di Dar Geybar.
“You
know, Sir, I’ll tell you about a lady who always looks at you.” Suatu hari, penjual bunga yang
selalu menyediakan setangkai bunga mawar paling segar untuknya itu tersenyum
menyapa.
“Dia sepertinya sudah menghafal jam Anda
membeli bunga. Wanita yang menyetir mobil berwarna merah itu ada di belakangmu.
Jangan menengok!” penjual bunga itu berteriak dengan suara ditahan. “Dia
berhenti sebagaimana Anda berhenti di lampu merah. Sebenarnya ini unik. Saya
tahu dia menghafal jam Anda tiba. Mungkin ingin melihat Anda kembali. Dan
beberapa hari ini, kalian selalu berada di pemberhentian lampu merah di jam
yang sama. On time! Takdirkah? Jika mobil-mobil itu sudah berjalan, pastikan Anda
melihatnya!”
Dan lampu merah itu pun menyala. Harry
kehilangan detik untuk melihatnya. Meskipun kaca mobil di Amman rata-rata
transparan, gerakan menengoknya sambil memastikan posisi mobil masih kalah
cepat dengan laju kendaraan.
“Anda belum beruntung!” si penjual bunga
tertawa. “Sir, saya yakin dia tidak sedang mengagumi sepatu olahraga Anda!”
“Kamu yakin dia memandangku setiap hari? Bangsa
mana kira-kira?” Harry tertawa iseng. “Urdun? Siria? Eropa?”
Penjual bunga menggeleng. “China?”
“China?” Kening Harry berkerut. Ia tak percaya
ia mampu terlibat pembicaraan tentang seorang wanita bersama seorang pria Siria
asing penjual bunga. “Anggap dia pengagum rahasia.” Harry tertawa sambil
mengangsurkan uang yang sejak tadi tertahan karena seorang gadis China atau
siapapun itu.
“Secret admirer?” Si penjual bunga tertawa.
“Pengagum Anda sudah menjadi gosip di kalangan kami. Teman saya melihatnya
sedang menangis saat memandang Anda, Sir. Anda tahu betapa tajam dan lembutnya
pandangan kami.” Penjual bunga tertawa.
“Ohya?” Harry setengah ingin tertawa. Tapi ia merasa
tak pantas menertawakan sesuatu yang belum jelas itu lelucon atau sesuatu yang
serius: seorang wanita menangis saat memandangnya.
“Percayalah. Anda akan menyesal jika tidak
mendengar nasehat kami.”
“Saya harus bagaimana menurutmu?” Harry
bertanya sambil lalu.
“Jangan mengusir burung dengan melangkah di
hadapannya. Tangkaplah pelan-pelan, dari belakang. Siapa tahu burung itu cocok
untuk tinggal di sangkar Anda, Tuan.”
Tawa Harry meledak. Rasanya ia seperti pria
berumur duapuluh tahunan yang baru saja keluar dari universitas dengan sebuah
pekerjaan yang telah menunggunya. Muda, gaya, dan percaya diri untuk berburu
burung jenis apapun.
“Tuan, saya serius. Tengoklah wanita itu.”
Penjual bunga itu menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dan hari berikutnya, penjual bunga masih
berkata hal yang sama. Mobil merah pun terlihat jelas kembali. Namun Harry tak jua mampu melihat
bayangan pengemudinya yang cepat berlalu saat Harry bebas menolehkan kepala
agar tak terpergok malu karena rasa penasaran yang tinggi. Apakah hanya
kebetulan saja? Dua hari berturut-turut tentang mobil merah dan gadis China?
Esoknya, Harry memutuskan untuk menyetir dan
menepikan mobilnya di seberang jalan. Ia membawa kameranya untuk memastikan ia
mampu membidik dalam jarak yang cukup jauh dengan resolusi tinggi.
Sekarang, sebuah gambar dari kamera digital
yang sudah terhubung dengan laptop itu terpampang jelas di depannya. Gambar
seorang gadis berkerudung yang wajahnya sudah tak asing lagi. Bukan China.
Indonesia tulen.
Harry
tercenung lama sekali.
COMING SOON! ^^
Ihirr, cover2ny cantik2 buun :)
BalasHapusKlo dj lebih suka k cover lampion hihihi
Kesanny, hm.. seperti mencari penerangan dlm gelapnya harapan *eaaa..
Dan, berusaha setia berarti sudah menemukan cahaya yang memandunya untuk melakukan itu ^^
*Uhuk edisi sotoy dj :D
Hai, DJ! Aku sukaaa sama komennya :* Thanks udah mampir dimari, Dear ^^
Hapus