Saved by Janna Gisler (Malo)
Definisi Frustrasi Eksistensial
Frankl (2004: 162) mengatakan bahwa keinginan
manusia untuk mencari makna hidup bisa saja mengalami hambatan. Kondisi seperti
ini dinamakan frustrasi eksistensial.
Koeswara (1992: 91) mengatakan bahwa frustrasi
eksistensial adalah suatu fenomena umum yang berkaitan dengan keterhambatan dan
atau kegagalan individu dalam memenuhi keinginan akan makna.
So, saya simpulkan berdasarkan uraian di atas
bahwa frustrasi eksistensial adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
hambatan atau kegagalan dalam memenuhi keinginan akan makna hidup.
Apa, sih, yang Menyebabkan Frustrasi
Eksistensial?
Sebenarnya bahasan ini luas sekali. Namun kita
akan mencukupkan pendapat Frankl (dalam Koeswara, 1992: 94-111). Secara
emplisit ada beberapa penyebab terjadinya frustrasi eksistensial, yaitu:
ü
Krisis spiritual yang dialami oleh
pengangguran dan pensiunan
ü
Adanya waktu luang (hari libur) di antara
tempo kerja yang cepat, seperti pada orang yang menyandang gelar workaholic
ü
Sibuk mencurahkan semua perhatiannya pada
pencarian nafkah sehingga melupakan diri sendiri
ü
Waktu luang yang berlebihan yang tidak
dimanfaatkan
Apa Ciri-Ciri Frustrasi Eksistensial?
Dalam rentangnya, dari yang biasa hingga yang
paling ekstrim, ciri-ciri frutrasi eksistensial secara umum menurut Frankl
ditandai dengan:
ü
Ketidakberdayaan
ü
Keputusasaan
ü
Keinginan yang kuat untuk bunuh diri
Sedangkan Crumbaugh dan Maholick (dalam
Koeswara, 1992: 151) menandai bahwa keadaan frustrasi eksistensial sangat
berkaitan dengan:
ü
Makna hidup
ü
Kepuasan hidup
ü
Kebebasan
ü
Sikap terhadap kematian
ü
Pikiran ingin bunuh diri
ü
Kepantasan hidup
Nah, indikasi tersebut berada dalam rentang
yang sangat ekstrim. Contohnya pada hal Kebebasan (poin 3), semakin rendah
kebebasan yang dimiliki seseorang, semakin tinggi frustrasi eksistensialnya.
Sebaliknya, semakin tinggi kebebasan yang dimiliki seseorang, semakin rendah
frustrasi eksistensialnya. Secara khusus, indikator di atas adalah indikator
yang digunakan Crumbaugh dan Maholick dalam menciptakan suatu alat tes untuk
mengukur tingkat frustrasi eksistensial, yakni Purpose of Life Test
(PIL).
Orang merasa putus asa, tidak berdaya, tidak
pantas, dan lain-lainnya itu dikarenakan adanya situasi yang membuat ia tidak
lagi memiliki kesempatan untuk melakukan pekerjaannya atau untuk menikmati
hidupnya. Mereka selalu menjalani kehidupan yang serupa dan sama. Monoton.
Bahkan, sebagian dari mereka hidup tanpa masa depan dan tanpa tujuan. Mereka
akhirnya terkesan pasrah dan menyerah.
Lalu, ada yang nanya, kok ada poin pikiran
bunuh diri, sih? Serem, amat? Menurut Frankl, keinginan untuk bunuh diri kadang
terbersit dalam pikiran hampir semua orang meskipun hanya untuk sejenak.
Keinginan itu muncul akibat adanya situasi yang tanpa harapan. Mereka hampir
tidak memiliki makna dan tujuan dalam hidupnya sehingga mereka tidak melihat
alasan untuk terus hidup. Namun, pada kondisi yang paling parah, seseorang
memang benar-benar jadi ingin bunuh diri! Waduh, na'udzubillah.
Wake Up, Be Awesome! -1- | -2- | -3-|-4- | -5- | -6- |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar