Selasa, 24 November 2015

WUBA! -6- Apakah Frustrasi Eksistensial?




Saved by Janna Gisler (Malo)




Definisi Frustrasi Eksistensial

Frankl (2004: 162) mengatakan bahwa keinginan manusia untuk mencari makna hidup bisa saja mengalami hambatan. Kondisi seperti ini dinamakan frustrasi eksistensial.
Koeswara (1992: 91) mengatakan bahwa frustrasi eksistensial adalah suatu fenomena umum yang berkaitan dengan keterhambatan dan atau kegagalan individu dalam memenuhi keinginan akan makna.
So, saya simpulkan berdasarkan uraian di atas bahwa frustrasi eksistensial adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami hambatan atau kegagalan dalam memenuhi keinginan akan makna hidup.

Apa, sih, yang Menyebabkan Frustrasi Eksistensial?

Sebenarnya bahasan ini luas sekali. Namun kita akan mencukupkan pendapat Frankl (dalam Koeswara, 1992: 94-111). Secara emplisit ada beberapa penyebab terjadinya frustrasi eksistensial, yaitu:
ü  Krisis spiritual yang dialami oleh pengangguran dan pensiunan
ü  Adanya waktu luang (hari libur) di antara tempo kerja yang cepat, seperti pada orang yang menyandang gelar workaholic
ü  Sibuk mencurahkan semua perhatiannya pada pencarian nafkah sehingga melupakan diri sendiri
ü  Waktu luang yang berlebihan yang tidak dimanfaatkan

Apa Ciri-Ciri Frustrasi Eksistensial?

Dalam rentangnya, dari yang biasa hingga yang paling ekstrim, ciri-ciri frutrasi eksistensial secara umum menurut Frankl ditandai dengan:
ü  Ketidakberdayaan
ü  Keputusasaan
ü  Keinginan yang kuat untuk bunuh diri

Sedangkan Crumbaugh dan Maholick (dalam Koeswara, 1992: 151) menandai bahwa keadaan frustrasi eksistensial sangat berkaitan dengan:
ü  Makna hidup
ü  Kepuasan hidup
ü  Kebebasan
ü  Sikap terhadap kematian
ü  Pikiran ingin bunuh diri
ü  Kepantasan hidup

Nah, indikasi tersebut berada dalam rentang yang sangat ekstrim. Contohnya pada hal Kebebasan (poin 3), semakin rendah kebebasan yang dimiliki seseorang, semakin tinggi frustrasi eksistensialnya. Sebaliknya, semakin tinggi kebebasan yang dimiliki seseorang, semakin rendah frustrasi eksistensialnya. Secara khusus, indikator di atas adalah indikator yang digunakan Crumbaugh dan Maholick dalam menciptakan suatu alat tes untuk mengukur tingkat frustrasi eksistensial, yakni Purpose of Life Test (PIL).
Orang merasa putus asa, tidak berdaya, tidak pantas, dan lain-lainnya itu dikarenakan adanya situasi yang membuat ia tidak lagi memiliki kesempatan untuk melakukan pekerjaannya atau untuk menikmati hidupnya. Mereka selalu menjalani kehidupan yang serupa dan sama. Monoton. Bahkan, sebagian dari mereka hidup tanpa masa depan dan tanpa tujuan. Mereka akhirnya terkesan pasrah dan menyerah.
Lalu, ada yang nanya, kok ada poin pikiran bunuh diri, sih? Serem, amat? Menurut Frankl, keinginan untuk bunuh diri kadang terbersit dalam pikiran hampir semua orang meskipun hanya untuk sejenak. Keinginan itu muncul akibat adanya situasi yang tanpa harapan. Mereka hampir tidak memiliki makna dan tujuan dalam hidupnya sehingga mereka tidak melihat alasan untuk terus hidup. Namun, pada kondisi yang paling parah, seseorang memang benar-benar jadi ingin bunuh diri! Waduh, na'udzubillah.



Wake Up, Be Awesome! -1- | -2- | -3-|-4- | -5- | -6- |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Supporting KEB

Supporting KEB
Kumpulan Emak Blogger

Histats

Histats.com © 2005-2014 Privacy Policy - Terms Of Use - Check/do opt-out - Powered By Histats