The Athenaeum - April (Charles Sims - )
Hi, All!
Salam damai ^^
Mungkin suatu saat Anda pernah ketemu ibu-ibu jalan bareng
anak di jam-jam sibuk, rempong sendiri, dan Anda (adalah orang yang –kebetulan wanita-)
berpikir … dia ngga keren sama sekali. Apalagi dia ngga berdandan. Anda
berpikir, bukankah lebih baik kalau sebagai wanita dia ikut terlibat dalam
program masyarakat dunia untuk mensukseskan negara agar menjadi sejahtera. Secara
ekonomi. Lalu hati Anda mulai menyelidik: apakah ia bahagia, apakah ia tidak
bosan, apakah ia bisa menyekolahkan anak-anaknya dengan baik, apakah ia bisa
jalan di tempat-tempat yang menyenangkan, apakah … apakah?
Hmmm … sejujurnya, mungkin dia memang tidak pernah berpikir bahwa ia
keren. Tunggu dulu. Ia juga tidak berpikir bahwa ia “kasihan” :D Biasa saja.
Dia tidak pernah menganggap hidup adalah persaingan. Ia fokus pada hidupnya
sendiri yang tak goyah oleh bintang-bintang yang tampak berkilauan di
sekitarnya. Saat ia melihat bintang di sekelilingnya, ia adalah bintang itu sendiri.
Kenapa harus merasa diri adalah meteoroid tak bercahaya?
Suatu hari dulu, seorang laki-laki jatuh cinta
padanya. Mengenalinya sebagai belahan hati yang mungkin saja ternyata telah
menyisihkan calon dokter wanita, calon pengacara wanita, calon akuntan publik,
calon artis nasional, calon eksekutif perusahaan multinasional dll. Ia berhasil
"menyisihkan" para calon wanita-wanita hebat di masa depan. Ia
sendiri adalah bagian dari calon wanita hebat itu. Namun, ia memilih dunianya
bersama laki-laki yang telah memilihnya. Ia memutuskan untuk berkhidmat di
rumah.
Suatu saat ia terpaksa harus bertarung menundukkan egonya
untuk “menjadi sesuatu/menjadi hebat” saat eksistensi rumah tangganya
menuntutnya untuk “menjadi dirinya sendiri”, menakar dan menimbang apa yang
betul-betul ia butuhkan. Ia bisa memenangkan pertarungan pribadinya.
Sekarang?
Mungkin ia keasyikan menjadi seorang istri dan ibu yang tak
sempat mengurusi minat sendiri ^^ Parenting, pengembangan diri, hal-hal yang mendukung
urusan domestik, bla bla bla. Membuat ia menjadi superhero di rumah dan mungkin itik
kecil di luar sana yang berjalan sambil tolah-toleh berusaha meniru suara
bebek-bebek yang bergaya. Bebek-bebek yang mungkin saling membaca buku dan teori, tapi merasa lebih orisinil di jamannya.
Sedihkah ia?
Nggak. Itik kecil itu digembalakan oleh seorang gembala yang
mau belajar bagaimana mengurus itik yang baik dan benar. Bagaimana agar bisa
memiliki jalannya sendiri tanpa melihat bebek besar. Walaupun kadang kasar dan
menjengkelkan memaksa untuk berjalan, tapi tanggungjawab dan rasa cintanya
meneduhkan hati. Ehem.
“Adek ngga boleh gini. Ngga boleh gitu.”
“What? Kerja? Ngga boleh. Adek akan capek, gaji adek bla bla
bla.”
“Adek ngga cocok dunia itu. Sudahlah, rumah adalah yang
utama. Adek sudah berarti buat Mas.”
Ia bahagia menjadi “bodoh” yang tidak harus tampak “pintar”
di luar sana. Istri “bodoh” yang sering dikerjain dan digombalin suami serta anak-anaknya.
“Adek, Mas lagi lihatin foto wanita cantik. Boleh Mas minta
ijin menikah lagi?” Bikin jantungan. Lalu fotonya dikirim lewat WA, ternyata
fotonya waktu masih gadis.
“Hallo istri Mas yang cantik dan shalihat luar dalam.” Aw! Hatinya meleleh.
“Bunda cantik kayak princess.” Dan mukanya basah oleh ciuman
yang beruntun.
“Bunda cantik dan
baik. Aku sukaaa sekali. Bau Bunda haruuuuum.” Pelukan anaknya kencang sekali.
“Harum? Bunda bau tau.
Orang Bunda belum mandi.” Ups! Oke, salah satu anaknya sudah besar hahaha.
Lalu ia melihat diri sendiri yang berbaju rumah dengan
keringat meleleh. Tangan memegang serbet dapur yang buruk rupa. Aduh, ia
seringkali memang merasa ngga terlihat keren. Tapi … ia tidak merasa terlihat “kasihan”
:D Ia mulai tersenyum dan sabar menata toples-toples persediaan tehnya lalu
menyeduh secangkir teh hitam Selawi yang harum. Duduk melepas lelah dengan
senyum tercantik yang selalu dirindu suami.
Sesekali ia terlihat membersihkan tas dan sepatu cukup mahal
dari hasil suaminya menabung. Ia memakainya di acara-acara istimewa, itu juga
mungkin … karena suami menyuruhnya. Ia tak merasa keberatan suaminya
menghujaninya dengan hadiah-hadiah yang tidak bisa dibelinya sendiri. Ia melihat
senyum suaminya mengembang tak sabaran saat memberikannya. Ia melihat suaminya
bahagia telah bisa menjalankan perannya. Oh, apakah ia membagi peran? Mungkin saja.
Itu kan rumah tangganya yang mungkin berbeda dengan Anda.
Lalu sesekali ia bertemu dengan bintang-bintang yang lain.
Para wanita yang hebat di bidangnya. Wanita-wanita yang bisa jadi tulus bisa
jadi tidak, ia tidak ambil peduli. Ia duduk mendengarkan ilmu dari sesamanya.
Ia tak merasa rendah diri karena ia menyadari bahwa ia memang tidak menguasai
ilmu itu. Ia belajar pada Anda tanpa merendahkan Anda dan justru mungkin …
menatap Anda penuh rasa kagum. Ia tidak merasa rendah diri karena harus
mengagumi Anda. Kadang, Anda sendirilah yang membuatnya bersentuhan dengan rasa gentar, takut, dan merasa rendah diri. Cara
Anda memandangnya, cara Anda menunjukknya ^^
Ya, dia adalah seorang wanita yang percaya pada dirinya
sendiri. Fokus pada apa yang Tuhan berikan dalam hidupnya: up and down. Ia bahagia dengan
hidupnya. Hingga perlahan menua. Anda …, masihkah ingin menyangsikannya?
Love you all ^^
Luar biasa wanita itu...pengen rasanya punya rasa percaya diri sekuat itu.
BalasHapusIya, nih, Buuun. Saya juga lagi belajar untuk lebih percaya diri.
HapusUni nahan nangis baca ini santi. banyak banget org2 sekitar uni yg tdk percaya diri dfn kondisi sekedar ibu rmh tangganya. Hingga jd rendah diri.
BalasHapusUni share yaaa
Betul, Uni. Masih banyak yang tidak percaya diri dan juga masih banyak yang merendahkan. Thanks, Uni.
HapusNice share....
BalasHapusPD walau di bully?
BalasHapusBegitukah mba?
Kita dibully bukankah biasanya karena kita lemah dan tidak percaya diri?
Hapus