Rabu, 03 Agustus 2016

Poligami Nasi Padang



sumber: http://mixmaze.com/whats-behind-the-trait-of-multiple-wives-in-india-most-role-models-muslims/


Hai, apa kabar? ^^

Saya mau curhat :X Habis baca analogi poligami: seorang suami yang lagi makan di warung padang. Kenapa suami ingin berpoligami?
  1. Satu porsi kurang. Pengen nambah.
  2. Salah ambil lauk. Mau ambil yang lain.
Dan ujung-ujungnya: mengertilah bagaimana agar istri mampu membuat suami merasa cukup dengan dirinya, renungkan bagaimana agar suami yang salah ambil lauk menjadi menikmati makanannya.

Baiklah ....

Jadi semua ini tentang laki-laki, Pak? Ada ngga yang merasa pernah makan di warung padang, ngga pake mikir terus salah ambil lauk dan lauknya yang kudu berubah? Emang dikira semacam rendang itu bisa kaya Satria Baja Hitam yang bisa berubah menjadi gulai kepala kakap? *tiba-tiba saya merasa bersyukur menikah dengan seorang laki-laki yang memandang saya sebagai seorang wanita, bukan sepotong rendang atau tunjang potong.


Bapak, itu kenapa ya Bapak cuma bawa tongkat
dan istri-istri Bapak kayak repot bingit bawa anak dan kebutuhan hidup?
sumber: http://www.artmajeur.com/en/artist/nickson-ndangalasi/collection/paintings-from-tanzania/1500439/artwork/masai-safari-medium/7359679


Bagi sebagian kecil wanita, mungkin analogi ini terlihat masuk akal. Sebagian loh ya. Semua wanita muslimah ingin menjadi shalihat dan sibuk dengan itu. Tapi tidak semua menganggap definisi shalihat bisa demikian menghipnotis seorang istri untuk sibuk mengejar kepuasan suami dan menegasikan keberadaannya sendiri.

Sebagian wanita kritis yang mencintai Allah tentu malu ada argumentasi konyol seperti ini yang justru akan menggegerkan wanita lain yang mungkin tidak puas dengan Islam: poligami adalah dehumanisasi. Kalau analoginya seperti itu ya masuk akallah argumentasi dehumanisasi (khususnya perempuan) ini. Saya sedih, kenapa seseorang tidak bisa menggambarkan Islam yang sempurna ini dengan cara yang indah.

Kenapa dehumanisasi perempuan?

Bisa tidak logikanya dibalik, wanita tidak cukup belanja satu baju? Wanita keliru memilih baju? Apa opsinya? Khulu` (meminta pembatalan pernikahan)? Cuma itu? Nggak boleh poligini, Pak? Kan teknologi bisa menentukan ini bayi siapa.

Mungkin akan ada yang menyahut: Allah lebih tahu tentang apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan-Nya. Tepat sekali! Itu poinnya.

Allah lebih tahu apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan-Nya. Tafsiran manusia itu relatif, bukan? Jadi jangan membahas poligami sebagai sesuatu yang “wow”. Kalau muslim aja sudah lebay –kayak analogi nasi padang tuh- membahas poligami yang di Islam itu ada, ya jangan salahkan di luar Islam ikutan mengerubung hiruk pikuknya.


Semoga langgeng dan barakah, Ustadz ^^
sumber: http://www.ejumpcut.org/archive/jc51.2009/LoveforShare/index.html 

Semoga barakah dan menjadi tauladan, Ustadz ^^
sumber: http://bersamadakwah.net/ustadz-arifin-ilham-jangan-main-main-dengan-poligami/


Biasa aja. Poligami itu ada dalam Islam. Titik. Hukum pernikahannya sama. Biasa aja.


Adek-adek, poligami (poligini) dalam Islam boleh loh ya
Kalau mau demo, demo atas nama sendiri aja ya ^^
 sumber: http://www.fearthehellfire.com/2015/05/does-polygyny-violate-basic-rights-of.html (source: Asianews.it)


Terus terang saya bingung jika ada yang mengatakan bahwa poligami adalah syariat-Nya. Efek psikologisnya sungguh besar. Seolah itu adalah perintah Allah. Serem, lho, perintah. Dosa kalau ngga mengerjakan.

uooooo

Apa sih syariah itu? Sepanjang yang saya tahu, syariat adalah ketentuan Allah yang berhubungan dengan hukum. Poligami ada dalam syariat. Hukumnya sama kayak nikah biasa (baik pernikahan pertama, kedua, ketiga, keempat).  Bisa jadi jika dilakukan akan berkelindan dengan dosa-dosa lain sehingga perlu ditinjau lagi, apakah memang poligami bisa dilakukan bagi seseorang? Hukum selalu mengikat individu. Jadi, poligami syariat Islam?

Baiklah. Khamr ada dalam syariat. Hukumnya haram. Pernahkah ada yang bilang, “Khamr adalah syariat Islam.” Bandingkan dengan poligami yang karena ada dalam syariat oleh sebab itu disebut “poligami adalah syariat Islam.”

*saya bertanya karena efek psikologisnya besar bagi perempuan dan laki-laki

Menurut pemahaman saya, poligami adalah sebuah kejadian yang –seharusnya- biasa. Sama kayak pernikahan. Mau nikah ya monggo. Mau lagi yang monggo. Ada kok yang mau. Ada kok yang bisa. Ada kok yang butuh. Yang barakah juga pastilah ada. Kalau saya dan Anda ngga mau ya ngga ada yang boleh sinis. Seumpama suami mau, dan Anda ngga mau, ya itu logikanya kayak Anda mau ngga dinikahkan sama suami –anggap Anda berdua belum menikah-? Kalau ngga mau kan menolak. 


Bisa ^^
sumber: http://www.cbc.ca/news/arts/sister-wives-utah-polygamy-decrimilization-appeal-1.3530602 

Bisa ^^
http://newsexaminer.net/lifestyle/city-louisiana-makes-polygamy-legal/


Logikanya memang sesederhana itu ya tapi kadang kita (perempuan) mikirnya suka baper …. Kamu enggak ya, Pak? Kita udah sejauh ini menjalani pernikahan, up and down, apa iya di masa tua kita harus berpisah karena tidak ridho suami menikah lagi? Atau ambillah gaya perempuan lain yang mungkin memilih, “ya udahlah, Bapak silakan nikah lagi dan saya kasih deh waktu saya buat istri muda. Biar dia yang merawat Bapak yang udah banyak rewelnya, sakit-sakitan lagi (entah masuk angin, entah rematik). Saya mau shopping-shopping.” Terserah yang kita pilih karena semua hukum akan berimplikasi pada diri pribadi. Urusan kita dengan Allah :D

Jadi gitu …. Poligami itu biasa. Ada dalam Islam. Undebatable. Kalau kita ribut atau lebay, wajar tetangga jadi penasaran.


8 komentar:

  1. Suka nih paragraf hampir terakhir :p. Saya mau shopping2 biar aja istri muda yg ngurusin :p.

    Kdg suka heran ama yg suka marah2 soal poligami ya mbak..kalo ga suka ya udh toh, bisa menolak kan ,dan bisa cerai kalo suami ttp mau.. aku sendiri ga mau poligami.. tapi ogah juga harus ngeributin beginian ama temen2 yg mungkin setuju. Hak masing2 ini ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apalagi jika yang ngotot menolak itu istri pertama atau yang ngotot menerima itu istri muda xixixixixi Ngapain sesama wanita saling uber dan perang komen?

      Tapi kadang perilaku demikian ga bisa disalahin karena mungkin suaminya memiliki sikap yang membuat istrinya insecure sehingga selalu cemas dengan pernikahannya. Semestinya sikap laki-laki bukan penentu sikap perempuan. Perempuan harusnya memiliki kemandirian emosional. Itu yang lebih penting daripada sekedar kemandirian finansial :D

      Hapus
  2. setuju sama pendapat mbak santi. aku juga gak rela di samain sama sepotong paha ayam, atau rendang daging, atau gulai tunjang. disamain sama yg masih hidupnya (sapi) aja gak mau apalagi jadi potongan2nya. xixixi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. xixixixixi, tul mbak ayu, sapi aja ga mau juga dibanding-bandingin (moooh) apalagi kitttaaaahhh coba.

      Hapus
  3. Dua teman ada yang poligami Mbak.Dan dua duanya gagal di tengah jalan Mbak.Mungkin karena gak bisa berlaku adil ya Mbak.Kan rendang sama gulai kepala ikan sama sama mau dimakan.Kalau rendangnya aja yang dimakan trus gulainya dibiarin kan jadinya protes juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak berkah ya, Mbak, buang-buang makanan :D Makanya kalau mau ambil makanan kan mesti mikir dulu biar ga mubadzir bikin dosa *jadi ngobrolin makanan XD

      Hapus
  4. Yang penting bisa adil. Tapi adilnya manusia itu susah dipraktekkan hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin ada yang merasa susah, ada yang merasa nggak, Mbak :D

      Hapus

Pengikut

Supporting KEB

Supporting KEB
Kumpulan Emak Blogger

Histats

Histats.com © 2005-2014 Privacy Policy - Terms Of Use - Check/do opt-out - Powered By Histats