Kamis, 22 September 2016

Meskipun Setahun Lalu Masih Sama ....



Image result

Children's Theatre
Oil Canvas Reproduction | by: Tadeusz Makowski



Hi, Maks!
Apa kabar? ^^

Kembali diingatkan Facebook akan status setahun yang lalu. Beginilah kerjaan content writer yang selain browsing info juga mondar-mandir di Facebook :D Nggak papa juga sih …. Status yang telah berlalu kadangkala ikut melumerkan hati kembali.

Setahun yang lalu, ayahnya anak-anak bilang kalau kita sudah longgar waktunya untuk berdua saja, saya bisa jalan sendirian naik kereta menjemputnya pulang kantor dan kita ketemuan di Cikini. Ini saat saya suka bilang bahwa saya pengen merasakan kita nge-date tanpa berangkat bareng, bahwa kita memang tidak begitu saja menjadi satu dulunya. Dari Cikini, kita akan jalan ke TIM, nonton. Maklum, kami berdua belum pernah pacaran. Jadi sebenarnya saya juga pengen tahu rasanya :v 

Sebenarnya agak mengagetkan saat ayahnya anak-anak mengajak saya pergi ke TIM karena setahu saya dia bukanlah penikmat karya seni dan budaya. Kami bahkan nyaris tidak pernah nonton film berdua ataupun menyanyi bersama. Terlalu datar, serius, dan logis. Emosinya sangat stabil. Ini berbeda dunia dengan penikmat karya seni yang cenderung memiliki kekayaan emosi. Saya berpikir, mungkin kehidupan dunia diplomatik yang bersinggungan dengan banyak orang, banyak kepentingan, dan juga banyak budaya telah memberikan perspektif baru untuknya.

Dulu sekali ... saya pernah mengajaknya hadir di sebuah diskusi budaya di pelataran TIM. Karena acara sungguh malam dan batita kami (masih satu) di rumah sendirian bersama asisten, kami memutuskan meninggalkan acara. Selain itu, saya sendiri kurang menikmati diskusinya yang datar dan suami pun nampak tidak enjoy. Lalu kami makan malam berdua di sebuah restoran sunda servis buffet. Hmmm … melihatnya makan dengan lahap memang lebih mengasyikkan daripada mengikuti diskusi budaya malam itu.

Saya memang menyukai kajian budaya dan filsafat. Dari dulu, jaman saya galau dan luntang lantung saat kuliah. Saya punya beberapa sahabat untuk sekedar chat. Dan salah satu sahabat saya pernah DO dari univ negeri keren di Jogja gara-gara ribut dengan dirinya sendiri. Alhamdulillah sekarang dia berhasil menjadi dosen dengan menyelesaikan masternya di sebuah institut yang macho, yang flamboyan, dan keren di Bandung. Saya sendiri telah diselamatkan superhero yang sangat stabil, visioner, dan realistis *halah* yang keningnya selalu berkerut kalau melihat saya mulai berpikir dan berperilaku dramatis :p *itu kamu, Darl, yang ngga pernah mengajak pacaran*

Hidup bersamanya, saya digiring ke kehidupan yang lebih nyata hingga perlahan pikiran kompleks saya bisa lebih tertata satu persatu menginjak tanah. Meskipun itu sangat debatable dan menguras hati, tapi rasanya ... dia ada benarnya. Kami manusia langit yang menginjak bumi, bukan manusia langit yang tidak pernah bisa membumi atau tidak pernah benar-benar mengerti bagaimana seharusnya hidup di bumi. Hanya karena saya begitu menggilai ide-ide.

Jadi ya sudahlah ... hidup membumi, menikmati budaya manusia di bumi, mengapresiasinya .... Meski mungkin cara kami mengapresiasi kehidupan di bumi itu selalu berbeda. Kami memang sangat berbeda selera soal budaya hahahaha

Ya, suatu saat, kami akan nonton di TIM. Setelah kami ketemuan di stasiun Cikini dengan saya yang rapi jali menemui laki-laki berkemeja sederhana dan berkeringat. Lalu dengan alasan belum puas ala pasangan baru kenal, saya akan memintanya apel ke kamar tanpa menunda-nunda rasa penasaran ala pasangan yang sedang pacaran dan terbatasi oleh hal-hal yang sangat normatif.

Saya akan mengajaknya pergi menonton teater di malam minggu. Teater? Mmm ... seperti monolog 3perempuan yang diiklankan sebuah surat kabar Minggu kemarin? Bagus kan ya kalau laki-laki mempelajari perbedaan sudut pandang lawan seksnya, memahami isu-isu perempuan yang seringkali menyesakkan dada. Budaya, dan perempuan yang bertumbuh di dalamnya.

Tentu saja, kami akan menikmati sebuah pertunjukan dari budaya. Budaya itu sendiri. Wong nonton aja kok dilarang? *eh, emang ada yang melarang orang nonton?* :p Memahami bagaimana manusia di bumi hidup dan berperilaku dengan cara dan media apa saja, termasuk melalui sebuah lakon di panggung. Kami tak hirau soal manusia lain yang akan mencampuradukkan budaya bumi dan langit. Hasil pikiran manusia dan Allah. Relatifisme dan Absolutisme. Keyakinan dan keimanan. Lalu mencoba untuk menariknya: berkelindan kuat dan sangat kasar. Yang satu ekstrim dengan pengharaman, yang lain ekstrim dengan kebebasan.

Kami bukan follower keduanya. Kami pun tak akan mengkultuskan manusia berbudaya, lalu mencari siapa bapaknya lalu kakeknya dan dengan begitu akan mengamini begitu saja pemikirannya. Atau paling tidak, memaklumi perilakunya. Selama itu adalah budaya, kami akan mengkritisinya sebagaimana pikiran manusia yang selalu dinamis. Di lain sisi, kami tak ingin mengkultuskan sosok beragama lalu menjadi demikian buta.

Nah, saya mulai menceracau lagi. Anyway, thanks buat ayahnya anak-anak yang sudah menenggelamkan saya dalam segala ompol dan debu-debu rumah. Bahkan,  menenggelamkan saya di dunia emak-emak yang tak jarang absurd meski itu dalam pergaulan pribadi maupun organisasi. Lebih absurd dari memahami dunia ide itu sendiri. Misalnya, saya boleh bengong membaca pemikiran fenomenologi tapi saya bisa kehilangan ide sedikitpun saat melihat seorang emak membawa sepeda motor dan tidak bisa menggunakan lampu sen dengan benar. *padahal mah bapak-bapak lebih parah xixixixixi

Jadi begitu saja, ya. Saya akan selalu menagih janji untuk jalan berdua ke TIM. Menonton manusia lainnya. Dan ternyata satu tahun berlalu, suami saya masih suka bilanng, “Kalau kita sudah longgar waktunya untuk berdua saja, adek bisa jalan sendirian naik kereta menjemput mas pulang kantor dan kita ketemuan di Cikini.”



1 komentar:

  1. Nonton theater di TIM, saya dulu pernah dapet tiket gratis rasanya dari Femina, haha... Tema sosial dan budaya gitu sih.

    BalasHapus

Pengikut

Supporting KEB

Supporting KEB
Kumpulan Emak Blogger

Histats

Histats.com © 2005-2014 Privacy Policy - Terms Of Use - Check/do opt-out - Powered By Histats