Selasa, 18 Oktober 2016

Parenting: Hentikan Label Picky Eater


source: intellectualtakeout.org @SeanDreilinger


Hai, apa kabar? ^^

Dari membesarkan tiga orang anak dari level yang belum berpengalaman hingga terus menerus belajar menemukan metode yang terbaik, saya menaruh perhatian bagi asupan makanan mereka. Apakah anak saya termasuk yang mudah makan? Atau, anak saya susah makan?

Syukurlah, dengan selalu berusaha untuk memasak makanan sehat, mengajak makan pada waktunya secara teratur (tanpa tertunda-tunda dengan alasan apapun saat mereka dalam pertumbuhan), membiasakan makan di tempat makan, anak-anak saya relatif tidak memiliki permasalahan dalam hal makan. Seiring dengan perkembangan indra pengecap dan kesadaran untuk memilih –apalagi saya juga menjadi sering mengajak mereka makan di restoran-, dalam usia sekitar 6-8 inilah anak-anak saya mulai memiliki selera. Mereka mulai memesan dan memilih makanan yang mereka sukai.

Berdasarkan referensi-referensi yang saya baca, saya cenderung mengatakan bahwa saya relatif tidak memiliki masalah dengan cara anak saya memilih makanan mereka. Mereka bukan picky eater. Tunggu! Anda sering mendengar pertanyaan: apakah anakmu picky eater?

Itu salah satu label. Nah, hati-hatilah dalam menggunakan label “anak saya picky eater”. Kenapa?

  1. Labeling bisa membuat kita sendiri merasa memiliki beban dan kecemasan untuk merubah kondisi si “picky eater” menjadi anak pemakan segala. Jika kita memiliki beban dan kecemasan ini tentu saja akan sangat berpengaruh bagi perilaku kita untuk merubah perilaku anak. Salah-salah, kita justru mengeluarkan emosi yang keliru karena panik. 

  2. Ada masa anak-anak susah makan atau malah menolak makanan tertentu karena mungkin kita sendiri yang tidak mengenalkan banyak makanan padanya dari kecil. Saat seorang anak pertama kali mengenali jenis makanan tertentu, anak berada dalam masa tantangan. Pengasuh anak harus sabar dalam fase ini sebab pilihannya cuma dua: anak berhasil melaluinya atau gagal. Kalaupun ia tidak berhasil melaluinya, maka pastikan itu bukan karena pola pendekatan yang dilakukan membuatnya menjadi trauma atau penuh kecemasan di masa yang akan datang.

Sebuah label hanya akan menguatkan sebuah perilaku tertentu. “Saya adalah seorang picky eater”, “kamu adalah picky eater”. Ya sudahlah … “saya memang picky eater”. Ya sudahlah … “kamu memang picky eater”. Tentu sangat disayangkan jika seseorang tidak bisa melewati keadaan yang sebenarnya normal ini?




Sebelum ada label, seharusnya kita sendiri yang harus yakin bahwa picky eating adalah kondisi yang temporer. Lalu, ajarilah anak-anak melewati kondisi itu, memakan makanan tertentu dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Kita tentu tidak bisa melakukannya hanya dengan mengomel, tidak disiplin, makan tidak tentu waktu, tidak ada keteraturan, tidak memiliki banyak waktu karena berbagai kesibukan dan lalu tiba-tiba menyimpulkan: anak saya memang picky eater. Hello? Ini bukan sekedar soal "anak saya susah makan".

Kita perlu sekali melakukan banyak improvisasi dalam melewati tantangan makan dengan anak-anak. Misalnya, penyajian yang atraktif, cara memasak yang variatif, cara menyuapi yang asyik, dll. yang tentunya itu butuh kesabaran dan usaha dari hanya sekedar menyerah begitu cepat gara-gara kita tidak punya waktu atau tidak kreatif.

Picky Eater sendiri adalah kondisi yang sesungguhnya serius. Ada beberapa referensi di bawah yang saya sertakan agar kita bisa membacanya bersama-sama.

Kalau anak saya hanya ngga mau makan bayam atau brokoli, itu biasa saja, bukan berarti anak saya susah makan. It’s just a challenge! Tapi kalau dia hanya bisa makan tidak lebih dari sepuluh jenis makanan dan bahkan rewel memilih makanan saat berada di sebuah restoran yang menyajikan makanan anak-anak, kita disarankan untuk menemui seorang psikolog atau dokter anak.

Seorang picky eater ditengarai memiliki masalah yang berhubungan dengan depresi dan kecemasan. Kondisi-kondisi ini bisa disebabkan karena alasan biologis maupun psikologis. Misalnya, mungkin saja anak tersebut ADHD yang memerlukan terapi, mungkin juga karena adanya masalah gangguan emosi-perilaku dalam pertumbuhannya, dsb.


Referensi:

Dina Rose Ph.D. (The Art & Science of Teaching Kids to Eat Right): Why You Should Never Call Your Picky Eater a "Picky Eater" Parents know not to call a child, "The Dumb One." But "Picky Eater" gets a pass. Posted Jun 23, 2016 @psychologytoday

Mitchell L. Gaynor M.D. (Your Genetic Destiny): Is Picky Eating a Sign of Mental Illness in Kids? Certain habits are associated with greater risk of anxiety and ADHD. Posted Sep 10, 2015 @psychologytoday

David Rettew M.D. (ABCs of Child Psychiatry): Beyond the Picky Eater Extreme selective eating may signal other behavioral challenges. Posted Sep 18, 2015 @psychologytoday

James McIntosh: Picky Eating Linked to Underlying Psychological Problems in Children Published: Monday 3 August 2015 @medicalnewstoday

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Supporting KEB

Supporting KEB
Kumpulan Emak Blogger

Histats

Histats.com © 2005-2014 Privacy Policy - Terms Of Use - Check/do opt-out - Powered By Histats