Selasa, 08 November 2016

Bagaimana Kalau Suami Ganteng Tapi Jorok?


(c) flirt.com


Dalam konteks sebuah hubungan, kita cenderung tidak menyukai hal-hal yang berseberangan. Kita mungkin sering berpikir: bagaimana hal yang kontrakitif bisa hidup berdampingan?

Berpikir kontradiktif, kita seringkali mengerucutkannya pada positif-negatif yang seringkali hal-hal “negatif” harus dihilangkan. Demikian juga saat kita memiliki pendapat yang berseberangan dengan seseorang, kita cenderung lebih fokus pada kata “TAPI” dan melupakan kata “DAN” yang bisa digunakan untuk menjembatani kontradiksi yang ada. Atau, setidaknya fokus utuk membuat kita mempertimbangkan sisi “negatif” yang tidak kita suka.

+ Dia baik TAPI bau

+ Dia kaya TAPI jelek

+ Dia lucu TAPI tidurnya ngorok

- Dia baik DAN bau

- Dia kaya DAN jelek

- Dia lucu DAN tidurnya ngorok

Fokus pada kata “TAPI” seringkali membuat seseorang akan lebih tertekan dan sulit menerima perasaan yang bertentangan dengan apa yang kita mau.

Itulah yang juga dialami oleh pasangan suami-istri. Dalam pernikahan, tentu saja ada kejadian yang membuat kita mampu marah, membenci, kecewa, frustrasi. Namun, apakah kita benar-benar sungguh berada dalam keadaan yang demikian buruk?

+ Suamiku tuh orangnya susah mandi!

+ Suamiku tuh naruh handuk suka sembarangan!

+ Suamiku ganteng tapi dia pelit

+ Suamiku itu fashionable tapi jorok

- Suamiku ganteng

- Suamiku suka ngasih uang ekstra untuk shopping

- Suamiku ganteng dan pelit

- Suamiku fashionable dan jorok

Kata “DAN” itu adalah tanda menyadari adanya kekurangan. Kata “TAPI” cenderung mengungkapkan kekecewaan. Keduanya memengaruhi cara seorang istri untuk mengatasi ketidakpuasan yang ada pada diri suami.

Selalu ada pertentangan dalam diri seorang istri mana pun mengenai perilaku atau kepribadian suaminya, demikian juga sebaliknya. Melakukan usaha untuk menerima kekurangan pasangan dengan berusaha untuk tidak fokus pada kata “TAPI” bukan berarti menghakimi bahwa seorang istri yang mengeluhkan sifat yang dianggap buruk dari suami sebagai istri yang “tidak tahu diri”, “penuntut”, “tidak tahu terima kasih”. Namun lebih kepada bagaimana agar seorang istri bisa tenang mengatasi hal-hal yang membuat tidak nyaman lalu mengambil solusi.

Fokus pada kata “TAPI” akan cenderung fokus pada masalah yang ingin dihindari padahal masalah itu sebaiknya diselesaikan. Penyelesaian masalah tidak harus mampu memuaskan satu pihak, mungkin dengan pendekatan tertentu akan bisa merubah atau dalam hal tertentu adalah kompromi. Yang jelas, penerimaan membuat kita bisa lebih bahagia meski mungkin ada kekecewaan. Sejatinya hal-hal yang kontradiktif selalu ada dalam hidup kita.

+ Sedih dan bahagia

+ Senang dan kecewa

+ Cinta dan marah

+ Ganteng dan pelit

+ Kaya dan jorok

Semuanya tergantung bagaimana kita melihat, mengalami, dan menerimanya. Kita sendiri juga memiliki hal-hal yang kontradiktif untuk dinikmati pasangan.

Yang paling penting dalam sebuah hubungan tentu adalah kemauan untuk saling berkomunikasi, diskusi, dan membuat keputusan bersama baik sifatnya mengalah atau kompromi. Kemauan untuk bertumbuh bersama inilah yang akan mencapai sebuah kebahagiaan dalam rumah tangga dan itu bisa diupayakan jika ada beberapa hal di bawah ini:

Saling Menghormati

Tidak semua perkataan atau perilaku suami kita setujui. Kita menikah karena saling mengagumi dan menginginkan. Namun, kita tetap dua pribadi yang berbeda dan kita hendaknya memahami bahwa segala perbedaan yang ada layak mendapatkan apresiasi. Mengatasi masalah dengan KDRT, perkelahian verbal-nonverbal, atau mendahulukan emosi daripada akal akan semakin membuat hubungan menjadi retak.

Berjuang Bersama

Alih-alih selalu mendebatkan hal-hal yang disetujui atau tidak disetujui, pasangan yang sehat tentu berpikir bagaimana memperjuangkan pernikahan yang indah ini. Dalam pernikahan, ada hal-hal yang memang bisa dinegosiasikan ada yang tidak. Bagaimana caranya kita berkompromi atau membuat sebuah keputusan itulah yang penting. Bukannya selalu fokus pada hal-hal yang tidak bisa dirubah lalu menghadirkan argumen-argumen yang mengecilkan pasangan dan hal lain yang tidak masuk akal.

Mencari Nilai Yang Sama

Kita dan pasangan adalah orang yang dibesarkan dalam latar belakang, aturan, dan nilai yang berbeda-beda. Perbedaan nilai tentu saja sangat prinsipil karena itu hal terpenting yang merupakan cara kita hidup selama ini. Memang, sebelum menikah, persoalan nilai ini sepatutnya sudah dibahas karena dalam pernikahan pun mengomunikasikan nilai bukanlah persoalan yang mudah. Namun, bisa dilakukan. Lambat laun dalam pernikahan, dua nilai yang berbeda itu sebagiannya akan menemukan pola yang sama, bahkan untuk diturunkan kepada anak-anak. Pasangan yang sehat mungkin akan mendebatkan nilai yang ada atau bahkan meminta ruang untuk diri sendiri namun akan menjadi tidak sehat jika perbedaan itu semakin dalam dan masing-masng hidup dalam nilai yang tidak pernah sama. 


Referensi:

Stephanie Sarkis Ph.D. 7 Keys to a Healthy and Happy Relationship. @PsychologyToday.com. Posted Jan 02, 2012.

Nancy Colier LCSW, Rev. “And” Not “But”: The Secret of Healthy Relationships. @PsychologyToday.com. Posted Feb 07, 2013. 

1 komentar:

Pengikut

Supporting KEB

Supporting KEB
Kumpulan Emak Blogger

Histats

Histats.com © 2005-2014 Privacy Policy - Terms Of Use - Check/do opt-out - Powered By Histats