Senin, 21 November 2016

Lucunya Anak Mengenal Makanan Baru ala Timur Tengah


Anak saya picky eater? Alhamdulillah, bukan ^^ Kalau dalam psikologi sendiri kondisi picky eater termasuk serius. Seorang picky eater ditengarai memiliki masalah yang berhubungan dengan depresi dan kecemasan. Bukan sekedar soal anak susah makan, kondisi ini bisa disebabkan karena alasan biologis maupun psikologis. Misalnya, mungkin saja anak tersebut ADHD yang memerlukan terapi, mungkin juga karena adanya masalah gangguan emosi-perilaku dalam pertumbuhannya, dsb. Saya menulis tentang ini di artikel “Hentikan Label Picky Eater”.

Ada banyak cerita saya menemani anak-anak menghadapi tantangan memakan makanan baru. Misalnya, saat anak saya masih dua (Hasna hampir 3th, Haedar 1,4th) dan kami pindah ke Yordania. Waktu itu, saya tinggal sementara di hotel sampai menemukan rumah kontrakan. Meskipun kami menempati suite hotel bintang tiga yang memiliki dapur kecil, saya tentu tidak bisa memasak dengan leluasa seperti di rumah.

Hari pertama datang, saya sudah mulai membiasakan diri untuk turun ke lobi dan mulai menikmati sarapan ala Timur Tengah yang bisa saya pilih: roti, humus, falafeel, telur rebus, lembaran daging asap, acar zaitun, selai, dan keju. Anak-anak? Mereka makan dengan kecap dan abon kemasan yang sudah saya siapkan sebelumnya.

Hari-hari berikutnya, saya tidak mungkin terus-menerus memberi makan anak saya abon dan kecap. Jadilah, saya meminta makanan untuk dikirim ke kamar dan saya tidak harus turun untuk sekedar sarapan.

Anak-anak mengerubungi makanan saat petugas datang. Mereka nampak exciting dengan membawa piring masing-masing. Namun saat mendekati nampan, mereka melongo melihat makanan yang asing itu. Saya melihat ekspresi itu dengan tertawa gemas.


anak mengenal makanan baru
makanan yang mereka lihat berbeda dengan ekspektasi? :v
(c) koleksi pribadi

Saya dan ayah mereka menampakkan rasa suka dan menikmati makanan yang ada. Tidak ada kecap atau abon. Seperti biasa, saya juga tidak pernah memberikan alternatif makanan. Saya tidak pernah bertanya mereka mau makan apa. Selama ini, saya memberikan semua makanan dan menandai apa-apa yang membuat mereka alergi dan lain sebagainya yang membutuhkan perlakuan khusus.

Mungkin karena tidak mengenal situasi “memilih makanan” dan juga melihat ayah-bunda nampak menikmati -dengan gerakan komikal yang disengaja banget xixixixixi-, mereka perlahan mengambil roti dan mencoba memakannya. Lucuuu sekali melihat mereka makan! Saya tertawa melihat mata mereka yang menyipit dan lidah yang keluar-masuk saat mereka mencoba zaitun hingga rotinya yang cenderung keras. Mereka hanya mulus memakan keju dan telur rebus.

Saya memberikan toleransi buat mereka. Hari itu saya pun menyajikan nasi dan telur ceplok dengan kecap. Anak-anak langsung melahapnya dengan senang hati karena sudah merasa lapar. Namun Haedar masih asyik mengemut-emut rotinya. Hari-hari berikutnya, mereka sudah mulai memakan sarapan ala Timur Tengah. Terutama roti dengan scrambled egg, keju, dan irisan tomat atau timun.


anak mengenal makanan baru
Haedar masih ngemut-ngemut aja :D
(c) koleksi pribadi

Selain soal sarapan, makanan lokal pun mulai dirasai oleh anak-anak. Alhamdulillah, saya tidak repot harus selalu masak makanan Indonesia. Bahkan, mereka mulai tebiasa mengikuti kebiasaan penduduk setempat memakan paprika mentah.


anak mengenal makanan baru
biarlah bunda yang repot masak makanan Indonesia -rujak cingur- karena lidah sudah terlanjur kaku :v
(c) koleksi pribadi
anak mengenal makanan baru
makanan praktis ala Indonesia yang saya masak saat kami bepergian
(c) koleksi pribadi

Melewati tantangan makanan anak memang fase yang menarik sekaligus membutuhkan kesabaran :D Saya menyukai ekspresi kaget atau asing mereka saat mencoba memasukkan sebuah makanan ke mulut. Mereka biasanya menyipitkan mata atau menjulurkan lidahnya dengan menggeleng-geleng XD Lucuuu banget!

Bagi saya, mengenalkan makanan pada anak-anak adalah tantangan. Anak saya yang berumur 8th dan 6th sudah mulai memiliki selera dalam memilih makanannya. Tidak demikian dengan bungsu saya yang berumur 4th. Dia makan apa saja yang saya siapkan, kecuali jika ia terpengaruh oleh bujukan kakak-kakaknya bahwa makanan “ini” tidak enak rasanya karena lebih enak “itu”.

Saya menumbuhkan anak-anak dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat penguasaan pengetahuan saya saat itu. Misalnya, saya tidak menggunakan panduan MPASI WHO untuk anak pertama karena saya masih banyak bingung dan terkadang terlalu easy going :D Berbeda dengan anak bungsu yang tertib. Soal makan, jelas beda hasilnya. Bungsu saya lebih mudah beradaptasi dengan makanan.

Satu hal yang membuat saya bersyukur. Saya memiliki keteraturan jam makan dan keinginan untuk menaklukkan tantangan makan anak-anak dengan banyak improvisasi. Ribet? Banget. Mulai dari penyajian yang atraktif, masakan yang variatif, dan cara menyuapi yang asyik. Kadang saya sudah mirip badut dan pemain drama. Satu lagi, saya tidak pernah menawarkan makanan pada anak-anak kecuali pada kondisi tertentu. Ini cukup efektif untuk membuat anak-anak berlatih menyesuaikan diri dengan makanan baru.


Sebenarnya buat apa sih keribetan ini? Anak juga akan bertumbuh. Ngga makan ini-itu juga ngga masalah. “Ibu saya dulu nggak ribet, saya tumbuh biasa saja. Masih hidup.” Hmmm ... ini kalau dibahas rasanya akan panjang ya :D Namun, pikiran, jiwa, dan perilaku manusia itu berhubungan dan tumbuh saling memengaruhi. Pertumbuhan yang tepat akan mampu menentukan tingkat kesuksesan seseorang dalam beradaptasi secara fisik dan emosional.



anak mengenal makanan baru
omelet kesukaan bunda dan anak-anak
(c) koleksi pribadi

anak mengenal makanan baru
anak-anak suka makan kebab yang juga kami jumpai saat plesiran ke Turki
maupun Saudi saat anak-anak ikut umroh
(c) koleksi pribadi

anak mengenal makanan baru
sarapan khas Timur Tengah yang juga ada di Turki
(c) koleksi pribadi

anak mengenal makanan baru
anak-anak kenyang makan malam dengan pizza saja
(c) koleksi pribadi


Lalu, bagaimana dengan ceritamu, Bunda? ^^

1 komentar:

  1. perut udah cinta mati sama nasi emang ribet kalo keluar negri ya mba... gak biasa... udah makan lontong 2 piring kadang bilangnya belum makan..he2..

    apalagi model roti isi timun... he2 kalo perut ku udah nolak2..tuh..

    BalasHapus

Pengikut

Supporting KEB

Supporting KEB
Kumpulan Emak Blogger

Histats

Histats.com © 2005-2014 Privacy Policy - Terms Of Use - Check/do opt-out - Powered By Histats